Sejak era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlangsung, peta persaingan pekerja di Indonesia semakin ketat. Pertarungan untuk memperebutkan lowongan pekerjaan bukan saja datang dari sesama pekerja Indonesia, namun juga dengan pekerja dari negara-negara lain di ASEAN. Sebut saja, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Brunei, dan Kamboja.
Tak mengherankan jika jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 meningkat. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Tanah Air mencapai 76 juta pada tahun 2015. Itu artinya, naik dari jumlah pengangguran yang hanya 72 juta di tahun 2014. Bahkan, data Bank Dunia menunjukkan tingkat pengangguran Indonesia masih relatif lebih tinggi, yaitu mencapai 5,8%. Angka itu jauh di atas Thailand yang hanya 0,8%, Singapura (2%), dan Malaysia (2,9%).
Bukan hanya masalah pengangguran, masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah kualitas pekerja terampil. Merujuk data ASEAN Productivity Organization (APO), dari 1000 tenaga kerja, Indonesia hanya memiliki 4,3% tenaga kerja terampil. Bandingkan dengan negara ASEAN lainnya yang memiliki jumlah tenaga terampil lebih tinggi, seperti Filipina (8,3%), Malaysia (32,6%) dan Singapura (34,7%).
Sayangnya, masalah tak berhenti di sana. Selain kekurangan tenaga kerja terampil, tenaga kerja Indonesia juga memiliki sejumlah kesenjangan. Salah satunya, kesenjangan dalam berbahasa Inggris. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa kesenjangan terbesar yang dimiliki tenaga kerja lokal adalah 44% penggunaan bahasa Inggris.
English Proficiency Index (EPI) yang dirilis oleh EF Education First memperkuat fakta itu. Dari 70 negara, tingkat kecakapan Bahasa Inggris orang dewasa di Indonesia berada di posisi ke-32. Itu artinya, di bawah Singapura dan Malaysia yang memiliki level kecakapan tinggi (advance). Sejatinya, bahasa Inggris menjadi kebutuhan utama para pekerja dan pencari kerja di era MEA, guna bersaing dengan tenaga kerja asing.
Mahardika Halim, Center Director EF English Centers for Adults, fX Sudirman, menerangkan, data Karir.com yang dirilis Maret 2016 terhadap sektor industri mengungkapkan 42% perusahaan di Jakarta umumnya mengharuskan calon pencari kerja memiliki kemampuan berbahasa Inggris. “Hal itu ditunjukkan dari 31.956 job postings tahun lalu, sebanyak 8.787 job postings (27,53%) menyaratkan kemampuan berbahasa Inggris bagi pencari kerja. Syarat kemampuan bahasa Inggris ini dibutuhkan di semua level, mulai Entry Level Staf, Senior Staf, Coordinator, Supervisor, Manajer Departemen, hingga level Chief,” katanya.
Ditambahkan Patricia Setyadjie, Country Manager EF English Centers for Adults Indonesia, “Kenyataannya, kemampuan berbahasa Inggris memiliki peran sangat penting dalam komunikasi bisnis. Lalu, bagaimana kita bisa bersaing dengan tenaga kerja asing yang lebih fasih dalam berbahasa Inggris, terlebih dalam perusahaan-perusahaan besar dan multinasional?” tanyanya.
Berangkat dari fakta itu, EF English Centers for Adults sebagai lembaga pendidikan non formal khusus dewasa dan profesional, mencoba menjawab kebutuhan para pekerja terkait keterampilan berbahasa Inggris. “Untuk membantu dan mempersiapkan adults segmen menghadapi tantangan di era MEA, EF English Center memasukan berbagai keterampilan ke dalam kurikulum, seperti Creative Business Skills, Presentation Skills, Business Etiquette, Networking Skills, dan Building Confidence. Bahkan, modul pun kami custom sesuai dengan kategori industri,” urai Patricia.
Tak hanya menawarkan kurikulum yang mampu menjawab kebutuhan para professional, Center EF khusus dewasa juga menawarkan ambiance berdesain modern dan nyaman serta memiliki guru-guru lokal dan native speaker bersertifikasi. “Mengingat kesibukan para professional, maka kami menawarkan student untuk bisa mengikuti kelas online yang jadwalnya tersedia 24 jam/7 hari seminggu dengan guru native speaker,” Patricia menegaskan.