Salah satu pendorong ekonomi nasional adalah nilai bisnis impor di berbagai industri. Oleh karena itu, peranan asosiasi atau komunitas yang mewadahi seluruh importir nasional atau perusahaan yang berbasis impor, menjadi sangat krusial. Terlebih, saat ini ada 26 ribu hingga 28 ribu importir di Indonesia.
Adalah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menjadi asosiasi yang turut berperan untuk menciptakan iklim bisnis yang sehat. Asosiasi yang didirikan pada 1969 yang silam itu, dikatakan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) GINSI DR. Capt. Anthon Sihombing, kini sudah memiliki 1.200 anggota. "Kami berharap, jumlah tersebut akan terus bertambah, mengingat di Indonesia sudah ada 26 ribu hingga 28 ribu importir," ucapnya.
Sebagai pengurus baru GINSI (periode 2017-2022), Anthon dan segenap jajaran pengurus siap mewujudkan misi GINSI, yakni menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang sehat dan tertib. Dengan demikian, dunia usaha dapat berkembang secara wajar dalam menunjang pertumbuhan perekonomian Nasional.
"GINSI adalah sebuah organisasi yang menjadi wadah bersatunya para importir nasional. Keberadaannya sangat penting, mengingat semua produk dari luar negeri diimpor secara resmi oleh pengusaha-pengusaha yang bergabung di GINSI. Untuk itu, saya dan seluruh anggota BPP lainnya sangat bersemangat dan ingin segera menyambut kesempatan untuk memimpin GINSI menjadi organisasi yang lebih solid dalam membangun perekonomian negara," tegas Anthon di sela-sela acara Pengukuhan Jajaran Pengurus GINSI pada hari ini (13/10) di Jakarta.
Langkah awal yang sedang dilakukan jajaran pengurus, lanjut Anthon, adalah membenahi sistem keanggotaan GINSI. "Sistem keanggotaan akan memanfaatkan teknologi yang berbasis online, sehingga seluruh anggota GINSI dapat terpantau dan tercatat untuk selanjutnya menjadi database nasional," ungkap Anthon.
Itu artinya, melalui sistem database nasional yang terintegrasi dengan pihak regulator, nantinya produk dan perijinan terkait impor akan termonitor dan tertata. Dengan demikian, pemerintah juga bisa ikut memantau secara update akan aktviitas setiap pelaku usaha yang tergabung di dalam GINSI. "Bahkan, dengan sistem yang terintegrasi, jumlah produk apa saja dapat terpantau selaras atau tidaknya dengan perijinan yang berlaku," terangnya.
Ditambahkan Erwin Taufan, Sekretaris Jenderal GINSI, program lainnya yang secara berkala akan digelar adalah coffee morning dengan menghadirkan pemerintah. "Program ini menjadi penting, karena dapat menjadi media bagi pemerintah mensosialisasikan sekaligus mengkomunikasikan regulasi terkait impor. Sebab, selama ini sosialisasi regulasi terkait impor masih belum optimal. Kurang optimalnya sosialisasi terkait regulasi impor menjadi salah satu masalah utama bagi para importir nasional. Program lainnya, secara berkala GINSI akan menggelar workshop sebagai salah satu bentuk edukasi untuk para anggota," ucapnya.