MIX.co.id - KGSB (Komunitas Guru Satkaara Berbagi) dan RGBK menggelar webinar bertajuk “Konseling Bagi Keluarga dan Anak Berkebutuhan Khusus”, pada awal Maret ini (4/3).
Kegiatan webinar diikuti oleh ratusan pengajar dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi di Indonesia dan Timor Leste serta orangtua murid yang memiliki ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Dituturkan Founder KGSB Ruth Andriani, KGSB berupaya memfasilitasi para tenaga pendidik dan orangtua dalam meningkatkan pemahaman terkait ABK. Peran orangtua yang positif berpengaruh terhadap penyelenggaraan sekolah inklusi.
"Selain anak berkebutuhan khusus, keluarga dari anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan pendampingan konseling yang tepat agar dapat mendukung anaknya secara maksimal," ucapnya.
Dia pun berharap, webinar ini bisa menginspirasi para tenaga pendidik dan orangtua agar mampu menerapkan pengajaran inklusi untuk anak didik dengan metode yang tepat.
"Layanan bimbingan konseling bagi ABK bertujuan agar anak dapat mencapai penyesuaian dan perkembangan yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat, dan nilai-nilai yang dimilikinya. Mengingat setiap anak memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri,” ungkap Ruth.
Ditambahkan Founder Rumah Guru BK Ana Susanti M.Pd. CEP, CHt, layanan pendidikan inklusif menjadi paradigma baru yang menuntut sistem di sekolah harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar peserta didik. Namun salah satu yang menjadi kendala sekolah reguler yang baru menyelenggarakan pendidikan inklusif adalah mengidentifikasi atau menemukenali ABK yang terdapat di sekolah mereka.
“Dari hasil menemukenali ABK tadi kita dapat membuat data untuk menghimpun informasi penting. Hal ini sangat dibutuhkan untuk dapat mengenali potensi dari masing-masing ABK, sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran yang tepat. Tidak hanya guru, saya juga berharap kita bisa menjadi orang tua berdaya yang menyadari kondisi anak kita tanpa harus malu akan kondisinya. Karena sejatinya setiap anak istimewa,” harap Ana.
Sementara itu, menurut Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya Unita Werdi Rahajeng, S.Psi., M.Psi. Psikolog, kebutuhan ABK dapat terpenuhi bila didukung dengan aksesibiltas dan akomodasi.
“Sekolah dapat menjadi partner keluarga dalam pengasuhan ABK, mengadvokasi haknya dan menjadikan ABK serta keluarganya untuk berdaya. Perlunya kolaborasi dari semua pihak untuk bersama-sama dapat memberikan layanan pendidikan yang sama bagi ABK. Kiranya guru dapat menjadi pelopor untuk menginisiasi pembentukan Unit Layanan Disabilitas di masing-masing sekolah,” pungkas Unita.