URALA Rilis Hasil Riset Perilaku Belanja Online di Malut

MIX.co.id – Perilaku belanja online dan tren pemasaran digital ternyata belum sepenuhnya berlaku di wilayah Indonesia. Padahal, merunut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, dari jumlah pengguna internet sebanyak 82 juta orang, terdapat sekitar 58,63 juta pengguna e-commerce dengan konsumsi sebesar Rp 453,75 triliun di tahun 2023.

Maluku Utara (Malut) salah satunya, di mana mayoritas masyarakatnya masih melakukan pembelanjaan secara tradisional (offline).

“Dari jumlah 372 responden, hanya 7% mengaku pernah melakukan transaksi dan belanja online. Sementara untuk pemasaran digital, platform Facebook menjadi yang paling dominan di sini setelah pemasaran melalui TV dan media luar ruang atau Out of Home/OoH,” ujar Rian Mohamad Yusuf, Direktur URALA Indonesia, Digital Marketing dan PR Agency

Riset dilakukan baru-baru ini di lima kota utama di Malut, yakni Ternate, Tobelo, Jailolo, Sofifi, dan Weda, mengungkapkan bahwa masyarakat setempat masih sangat bergantung pada toko-toko sembako atau kelontong yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal mereka.

Sebanyak 54% responden menyatakan bahwa mereka lebih memilih berbelanja secara offline karena jarak yang dekat, memungkinkan mereka untuk membeli kebutuhan dengan mudah tanpa perlu menunggu dan transaksi dilakukan secara tatap muka.

“Kenyamanan ini menjadi salah satu alasan utama masyarakat setempat masih melakukan pola belanja tradisional,” terang Rian dalam keterangan pers, Selasa (17/9), di Jakarta.

Fakta ini menyoroti perbedaan signifikan dalam kebiasaan belanja antara wilayah perkotaan dan daerah yang lebih terpencil. Di Malut, dengan jarak yang relatif dekat antar tempat, berbelanja secara offline di toko sembako atau kelontong dinilai lebih efisien dari segi biaya, waktu, dan jarak. Kemudahan akses ke toko-toko ini menjadi faktor kunci yang membuat masyarakat lebih memilih berbelanja secara langsung.

Herlina, responden berusia 34 tahun yang tinggal di Ternate, mengaku jika berbelanja didasarkan kebutuhan dan dilakukan dengan pergi ke toko.

“Saya pergi ke toko untuk beli yang dibutuhkan, seperti beras, gula, minyak. Semua sudah tersedia di toko, pasti ada. Jadi tidak ada terpikir untuk belanja online, yang dekat saja,” tuturnya.

Terkait dengan strategi pemasaran, hasil riset menunjukkan bahwa 38% responden mengaku sering melihat iklan produk melalui banner atau poster di jalanan, 54% responden memilih televisi, dan 50% responden menganggap Facebook sebagai saluran pemasaran digital yang paling sering diakses.

“Akses dan aktivitas di dunia digital, khususnya dalam berbelanja, masih belum populer secara luas di Maluku Utara dan sekitarnya,” terang Rian.

Namun, menurutnya, penduduk dan fasilitasnya secara bertahap bergerak menuju modernisasi, yang dapat ditingkatkan dengan integrasi teknologi dalam waktu dekat. Infrastruktur dan investasi, baik dari pemerintah maupun swasta, sangat penting untuk meningkatkan gairah bisnis di wilayah yang dikenal dengan sebutan Kepulauan Rempah-rempah ini.

Penelitian yang dilakukan oleh URALA Indonesia dapat memberikan wawasan penting untuk menyesuaikan strategi distribusi dan promosi bagi pemerintah dan pelaku usaha.

“Pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku konsumen akan membantu menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif, serta mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat di wilayah tersebut,” kata Rian tandas. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)