MIX.co.id – Trellix, perusahaan keamanan siber, melakukan penelitian terhadap 500 pengambil keputusan pada industri keamanan siber di Indonesia.
Hasilnya, sebanyak 93% responden menyatakan bahwa model sistem keamanan yang mereka gunakan saat ini ‘terisolir’ sehingga 75% dari responden cenderung akan mengalokasikan anggaran mereka untuk mengadopsi solusi yang lebih canggih seperti Extended Detection and Response (XDR).
Pelanggaran terhadap keamanan juga berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Terbukti dengan 86% responden memperkirakan organisasi atau perusahaan mereka kehilangan pendapatan hingga 10% dalam 12 bulan terakhir.
Jonathan Tan, Managing Director, Asia, at Trellix dalam rilis yang diterima redaksi pada Selasa (4/10), di Jakarta, mengatakan bahwa Indonesia saat ini berada pada posisi yang krusial didasarkan oleh sederet insiden keamanan siber yang terjadi sepanjang tahun 2022.
Berbeda dengan 36% rata-rata global, hanya 28% ahli keamanan siber di Indonesia merasa ‘percaya diri’ untuk beradaptasi secara cepat terhadap ancaman siber baru, dan 58% dari mereka mengakui bahwa ancaman siber berkembang sangat pesat.
Untuk melawan serangan-serangan siber ini, data loss prevention harus menjadi salah satu prinsip utama dari setiap platform keamanan siber.
XDR adalah sebuah revolusi dalam keamanan siber. Platform XDR dapat membantu berbagai organisasi menghadapi ancaman tercanggih. Seperempat (21%) dari ahli keamanan siber telah mengimplementasikan XDR dalam organisasi mereka, dengan 39% lainnya kemungkinan besar akan mengimplementasikannya dalam 18 bulan ke depan.
Teknologi pendukung lainnya yang kemungkinan besar akan diimplementasikan adalah simulasi serangan (41%), Network Detection and Response/NDR (40%), dan Endpoint Detection and Response/EDR (40%).
“Yang dibutuhkan organisasi di Indonesia adalah perubahan radikal dalam pendekatan mereka terhadap keamanan siber, menuju sistem bersifat menyeluruh dan cerdas yang dapat bekerja secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan mereka,” tandas Jonathan. ()