Kebijakan pemerintah tentang pembatasan seminar dan rapat di hotel untuk instansi pemerintah, rupanya berpengaruh pada tingkat okupansi hotel di Indonesia. Tak hanya regulasi, tantangan terberat lainnya yang dihadapi oleh industri hotel saat ini adalah kondisi ekonomi yang kurang bersahabat plus kurs dolar yang terus menguat.
Q1 2015 indsutri hotel Indonesia mengalami penurunan okupansi sebesar -12%
Dua faktor itulah yang memicu penurunan okupansi gotel di Indonesia. Merujuk data STR Global, pada kuartal pertama (Q1) 2015, demand mengalami penurunan hingga -5%. Selain itu, tingkat hunian atau okupansi hotel juga turun hingga -12%. Sementara angka ketersedian hotel atau supply justru bertumbuh 8%. Diungkapkan Jesper Palmqvist, Area Director Asia Pacific STR Global, wilayah yang paling berdampak terhadap regulasi pemerintah dan fluktuasi ekonomi Indonesia adalah hotel-hotel di area Bandung dan Jakarta.
“Pada Q1 205 tingkat hunian hotel di Bandung dan Jakarta menunjukkan penurunan yang cukup drastis, -15%. Bali pun mengalami penurunan hingga -11%. Untungnya, perhelatan Konferensi Asia Afirka April lalu sanggup memulihkan sekaligus mendongkrak tingkat hunian hotel di Jakarta dan Bandung. Pada masa Konferensi Asia Afrika, tingakt hunian kamar sanggup meningkat hingga 90% di area segitiga emas Jakarta,” tandas Jesper.
Ditambahkan Suwito, Pendiri dan CEO Republik Capital Management Ltd., segmen hotel yang paling terkena dampak dari regulasi dan fluktuasi ekonomi adalah non budget hotel atau hotel berbintang. Dalam hal ini, hotel bintang empat ke atas. Sementara bagi segmen budget hotel, diyakini Suwito, regulasi dan penguatan dolar tidak berpengaruh. “Rata-rata okupansi budget hotel di Indonesia, paska regulasi pemerintah enam bulan lalu, masih di angka 80%,” katanya.
Berangkat dari fakta tersebut, Sphere Conference—bagian dari Singapore Press Holdings Limited—hari ini (12/5) menggelar “Konferensi Investasi Perhotelan Indonesia 2015”. Konferensi yang digelar selama dua hari (12-13 Mei) di Fairmont Hotel Jakarta itu, menggandeng Departemen Pariwisata RI, Asosiasi Hotel Jakarta, serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.
Pada kesempatan itu, tak kurang dari 150 pengembang properti, operator, pelaku dan pemilik perhotelan, hingga investor hadir di sana. “Melalui konferensi ini akan dibahas berbagai isu, antara lain pandangan tentang investasi perhotelan di Indonesia, prospek investasi hotel di tahun 2015, perkembangan sektor pariwisata, hingga sharing session dengan para pelaku industri perhotelan,” papar General Manager Sphere Conference Patricia Cheong.