Agensi saat ini memposisikan diri sebagai entitas yang terintegrasi dengan inovasi mutakhir, dan strategi marketing berbasis teknologi. Namun nyatanya, banyak dari mereka yang tidak sesuai dengan positioning tersebut. Oleh karena itu, dinilai American Association of Advertising Agencies (4A’s), agensi tersebut harus berubah di tahun 2015 nanti. 4A’s juga memprediksi agensi akan melakukan deretan perubahan seperti mereorganisasi departemen kreatif, berbelanja lebih banyak untuk computer programming, menambahkan kuota staff system-management, lalu mulai menggunakan wearables dan smart devices.
Setidaknya, ada empat tren agensi 2015 yang diprediksi Chick Foxgrover, Chief Digital Officer di 4A’s. Pertama, tumbuhnya DevOps. Perkembangan dunia IT juga akan berdampak pada dunia agensi. Biasanya seorang software developer dan system architect memiliki aktivitas yang berbeda. Tapi sekarang telah berubah, marketers membuat programming dan system management menjadi satu sehingga marketers mampu menciptakan marketing stack, yaitu teknologi dimana perusahaan bisa mengintegrasikan sumber data yang berbeda seperti inventaris, dan efektivitas sales& marketing.
Kendati demikian, mereka masing-masing punya level yang berbeda. “Banyak dari mereka yang bukan pemain teknologi, tetapi lihat saja nanti perkembangannya. Karena mereka punya komitmen yang kuat untuk memperdalam management skill berbasis teknologi. Ini adalah kesempatan agensi engage dengan klien untuk membantu mereka mendesain program marketing berbasis teknologi,” ujar Foxgrover.
Kedua, agensi butuh hardware engineers. Agensi akan mencari orang yang mumpuni tidak hanya di bidang software program tetapi juga di bidang hardware engineering. Menurut Foxgriver, agensi kecil yang sedang berkembang sudah menyadari pentingnya staf hardware engineer untuk desain produk dan 3D printing. “Kami masih belum menemukan alasannya, melihat tren ini menarik sekali. Agensi mulai menyatukan teknologi digital dan fisik,” imbuhnya. "Tugas seorang hardware engineers adalah membuat prototype produk sehingga memudahkan dalam merealisasikan ide kreatif."
Ketiga, teknologi wearables merubah strategi pemasaran agensi. Sebenarnya teknologi wearables dan smart device membantu menghasilkan data. Agensi harus paham bagaimana keduanya bekerja sehingga bisa mempergunakan data untuk insight. Terlebih lagi, dibandingkan adland, wearables menghasilkan data yang konteksnya lebih situasional dan ini sangat berguna bagi marketers dan agensi.
“Akan ada lebih banyak lagi informasi seputar konteks situasional manusia di waktu tertentu. Jadi bukan hanya jenis kelamin. Ini sangat membantu marketers sehingga mereka bisa melakukan aktivitas marketing yang sesuai dengan situasi, waktu, dan tempat. Tidak lagi hanya berdasarkan demografis,” tambahnya. "Karena teknologi wearables seperti jam tangan pintar dari Apple dan fitness tracker tumbuh pesat, konsumen akan menjadi lebih menyadari data dan marketers harus cermat dalam melihat kesempatan ini. “Konsumen menyadari pentingnya data untuk meningkatkan hidup mereka."
Keempat, re-formasi departemen kreatif. Dikatakan Foxgrover, agensi akan menyadari perlunya menyusun ulang departemen kreatif untuk memfasilitasi proses kreatif lebih baik lagi. Agensi juga akan membuat tim kreatif dalam ukuran yang proporsional yang mampu mencari lebih banyak lagi konsep kreatif, tidak hanya mengandalkan konsep yang diberikan atasan. Intinya, agensi akan memiliki departemen kreatif dan proses kreatif yang berbeda dari biasanya untuk menghasilkan ide proyek yang lebih cerdas dan kreatif untuk klien.