Indonesia’s Best Corporate Social Initiatives 2018
Nestlé menerapkan tujuan dan prinsip bisnis yang dikenal dengan istilah CreatingSharedValue (CSV) yang diperkenalkan oleh Porter & Kramer (2011) atau diterjemahkan sebagai “Menciptakan Manfaat Bersama”. Secara lebih spesifik, Nestlé menyebutkan bahwa dengan konsep CSV, perusahaan makanan dan minuman global yang berkantor pusat di Vevey, Swiss, ini berharap bisnisnya dapat menciptakan manfaat untuk para pemegang saham, serta dapat berkontribusi untuk membantu mengatasi masalah-masalah global dan lokal dengan fokus di bidang gizi, air, dan pembangunan pedesaan.
Dengan prinsip tersebut, produsen lebih dari 2.000 merek makanan dan minuman di 189 negara ini sangat memerhatikan praktik bisnisnya di sepanjang mata rantai usahanya. Penerapan prinsip CSV ini bisa tergambar dalam interaksi Nestlé dengan para peternak pemasok bahan baku susu segar dan petani pemasok bahan baku kopi dan kakaonya di sejumlah daerah di Indonesia.
Program Integrated Rural Development atau disebut sebagai program Pembangunan Pedesaan Nestlé ini dimulai pada 1975, ketika Nestlé membeli susu segar sebanyak 160 liter dari koperasi susu SAE Pujon, Jawa Timur. Ketika itu, banyak peternak sapi perah yang tidak bisa menjadi pemasok bahan baku pabrik Nestlé karena berbagai kendala, seperti produktivitas sapi peliharaan mereka yang rendah, kualitas susu yang tidak memenuhi syarat, dan alat pengangkut susu hasil perahan—dari peternakan ke pabrik—yang tidak memadai.
Nestlé secara khusus membentuk tim Milk Procurement & Dairy Development (MPDD) yang memberikan pendampingan teknis secara langsung kepada semua peternak sapi pemasok susu segarnya dan mengenalkan teknik mengelola peternakan yang baik guna memastikan produksi susu berkualitas tinggi, serta mendorong peternak memelihara kesehatan sapi mereka.
Nestlé juga mendorong mereka memenuhi prinsip “Asli, Bersih, dan Cepat setor” dalam proses penyerahan bahan baku susu dari para peternak. Melalui prinsip ini, para peternak menjalankan praktik pertanian yang baik mulai dari proses pemeliharaan sapi perah, pemerahan hingga penyetoran untuk menjaga kualitas susu segar yang dihasilkan.
Sementara itu, pada rantai suplai lainnya, yaitu pasca pemerahan, tim Nestlé memfokuskan diri pada kegiatan operasional koperasi guna memastikan proses pengumpulan susu segar dilakukan dengan sempurna untuk menghindari penurunan kualitas susu. Di rantai ini Nestlé menyediakan pinjaman berbunga ringan kepada beberapa koperasi susu agar mereka dapat membeli peralatan pendingin, memperbaiki sarana pengumpulan susu (pusat pengumpulan susu dan transportasinya), menyediakan pelatihan para staf koperasi untuk mengaplikasikan standar prosedur pelaksanaan di seluruh rantai pasokan, dan melakukan audit kepada beberapa koperasi guna memastikan kesesuaian kualitas susu dengan standar yang telah ditetapkan oleh Nestlé serta terus mendorong peningkatan kualitas pengelolaan koperasi.
Di lain sisi, tim MPDD bekerja sama dengan koperasi dan kelompok peternak guna mendorong anggotanya mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan efisien dengan memfasilitasi mereka mendapatkan pinjaman untuk menambah jumlah sapi. Masih dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi perah, mereka juga memberikan pelatihan dasar pengelolaan peternakan (meliputi kebersihan, kesehatan hewan, pemberian makanan, dan formulasi makanan).
Kini kerja sama Nestlé dengan para peternak sapi ini telah berkembang. Selama lebih dari 40 tahun, kerja sama dalam kerangka Integrated Rural Development ini telah melibatkan sekitar 27.000 peternak dan 42 mitra koperasi susu di 16 kabupaten di Jawa Timur. Kerja sama ini sangat strategis bagi kedua belah pihak. Bagi Nestlé, hal ini dapat menjamin pasokan susu segar berkualitas. Sedangkan bagi para peternak sapi perah lokal, kerja sama ini berhasil meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka.
Untuk membantu mengatasi masalah kekurangan persediaan air, Nestlé membangun sarana air bersih yang jumlahnya hingga 2017 mencapai 10 instalasi di 10 lokasi operasional Nestlé di Indonesia. Sarana ini telah membantu memenuhi kebutuhan sekitar 2.600 keluarga. Lima dari 10 sarana air bersih tersebut berlokasi di lingkungan komunitas peternak sapi perah mitra Nestlé di Jawa Timur, yang mencakup sekitar 1.300 keluarga.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan pasokan air dalam tanah, Nestlé membangun 100 sumur resapan untuk menangkap air hujan. Masing-masing sumur resapan ini dapat menampung hingga 8.000 liter air hujan. Air hujan yang sebelumnya hanya dibiarkan mengalir, terbuang, bahkan bisa menyebabkan banjir, kini disimpan sebagai air tanah yang kelak dapat dimanfaatkan antara lain untuk memenuhi kebutuhan sapi ternak.
Selain itu, sebagai upaya menjaga keberlanjutan lingkungan, termasuk untuk memelihara pasokan air dalam tanah, Nestlé bekerja sama dengan WWF dalam program NEWTrees yaitu kegiatan reforestasi sekitar 20 hektar hutan di Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Dalam kegiatan ini, 8.000 pohon ditanam dan dipantau selama lima tahun untuk memastikan pertumbuhannya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ngrowo Ngasinan yang merupakan bagian dari DAS Brantas yang ditunjuk sebagai salah satu DAS prioritas yang dipelihara pemerintah.
Nestlé juga bermitra dengan lembaga swadaya masyarakat Yayasan Rumah Energi untuk implementasi program daur ulang kotoran sapi yang dihasilkan para peternak binaannya menjadi energi terbarukan (renewable energy), yaitu menjadi gas metana yang disalurkan ke rumah-rumah para peternak untuk keperluan memasak serta penerangan rumah. Dalam program ini Nestle memberikan bantuan unit biogas, alat untuk mengubah limbah kotoran sapi menjadi sumber energi. Hingga akhir 2017 Nestlé telah membangun 8.000 unit biogas dalam kerangka program ini.