Tiga hari penuh, puluhan kampanye PR dipresentasikan dan dinilai dalam penjurian PR of The Year 2025. Ini bukan sekadar lomba, tapi cermin strategi, pesan, dan reputasi yang diuji.
.
.
Selama tiga hari -- Selasa hingga Kamis kemarin -- berturut-turut, ruang penjurian PR of The Year 2025 terasa seperti ruang baca yang hidup.
Di sanalah kami—para juri, pengamat, dan pencinta narasi strategis—duduk bersama menyimak puluhan presentasi dari berbagai organisasi, lembaga, dan korporasi yang mengirimkan karya terbaik mereka.
Setiap peserta membawa bukan hanya laporan kegiatan, tetapi juga harapan untuk dikenali, dihargai, dan dicatat dalam sejarah komunikasi publik di negeri ini.
Tak ada logo yang lebih menonjol dari cerita. Tak ada nama besar yang lebih penting dari substansi. Karena di forum ini, satu-satunya yang diukur adalah ketulusan pesan, ketajaman strategi, dan kedalaman dampak.
Di antara slide demi slide yang berkelebat, kami menelisik sesuatu yang lebih esensial: bagaimana sebuah gagasan menjadi gerakan, bagaimana isu menjadi peluang, dan bagaimana komunikasi tidak sekadar menyampaikan—tetapi menjalin kepercayaan.
Konsep & Strategi: Membedah Akar, Merumuskan Jalan
Setiap kampanye dimulai dari titik krusial: perumusan masalah. Di sinilah penjurian menjadi seperti diskusi ilmiah—kapan sebuah krisis dianggap layak ditanggapi, bagaimana sebuah peluang ditangkap secara strategis, dan seberapa jeli tim komunikasi melihat dinamika sosial yang ada.
Yang kami nilai tinggi adalah bukan mereka yang punya anggaran besar, tapi mereka yang memahami konteksnya secara mendalam dan merumuskan strategi yang relevan, terukur, dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.
Beberapa kampanye menunjukkan keberanian membaca realitas, lalu menyusunnya menjadi peta jalan yang meyakinkan—komunikasi yang tidak hanya reaktif, tapi proaktif dan berbasis data. Di sinilah komunikasi benar-benar menjadi fungsi strategis, bukan hanya alat promosi.
Pesan: Menyusun Makna, Membangun Kedekatan...
