AQUVIVA hadir dengan teknologi 7 Tahap Nano Purifikasi, menantang dominasi Aqua dan Le Minerale. Berbekal kekuatan distribusi WINGS Group, mampukah AQUVIVA merebut hati konsumen? Bagaimana dengan harga?
.

.
WINGS Group Indonesia melalui WINGS Food meluncurkan air mineral AQUVIVA, sebagai air minum dalam kemasan pertama di Indonesia yang berasal dari alam dan diolah dengan Teknologi 7 Tahap Nano Purifikasi.
Ini bukan sekadar peluncuran produk baru, tapi pernyataan bahwa AQUVIVA siap bersaing di arena besar, menantang dua nama yang sudah tertanam kuat dalam benak konsumen: Aqua dan Le Minerale. Namun, AQUVIVA tidak datang dengan narasi lama. Mereka menempatkan teknologi tinggi sebagai identitas merek, sesuatu yang belum secara eksplisit digunakan pesaingnya.
Keputusan AQUVIVA untuk mengangkat keunggulan teknologi sebagai pembeda merek adalah strategi diferensiasi yang menarik. Namun dalam pasar air minum dalam kemasan, konsumen Indonesia sering kali membeli berdasarkan harga, kemudahan akses, dan kebiasaan. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan kritis: apakah keunggulan teknologi bisa menjadi alasan konsumen beralih merek?
Aqua telah membentuk citra yang kuat: air murni yang dipercaya, sehat, dan hadir di mana-mana. Le Minerale mengemas air dengan cerita rasa dan desain botol ergonomis, menawarkan “sensasi manis” yang mudah diingat. Kedua merek ini menjual pengalaman, bukan sekadar air. AQUVIVA, sementara itu, masih harus membuktikan bahwa teknologi 7 tahap pemurnian itu bukan sekadar jargon, tetapi manfaat nyata yang dirasakan konsumen.
Namun, AQUVIVA tidak memulai dari nol. WINGS Group punya kekuatan distribusi nasional yang sangat kuat, terbukti dari produk-produk seperti Mie Sedaap, So Klin, dan Nuvo yang merajai pasar dari kota besar hingga pelosok desa. Dengan jaringan distribusi yang masif dan sistem logistik yang efisien, AQUVIVA punya keunggulan untuk cepat hadir secara luas di pasar. Distribusi menjadi modal besar untuk menyaingi dominasi Aqua dan Le Minerale di titik-titik jual.
Meski begitu, distribusi saja bukan akhir cerita. Di titik jual, konsumen tetap memilih berdasarkan pengalaman dan persepsi. Di sinilah tantangan besar AQUVIVA: bagaimana mengubah klaim teknologi menjadi narasi yang membumi dan menyentuh kebutuhan emosional konsumen. Menawarkan air “murni alami dan diproses canggih” harus diterjemahkan dalam cerita dan pengalaman merek yang relevan.
AQUVIVA harus memastikan kehadiran produknya tak hanya masif, tapi juga menarik dan membekas. Pemanfaatan kekuatan distribusi bisa diperkuat dengan strategi promosi yang tajam, edukasi konsumen, bundling produk WINGS lainnya, dan kemasan yang membedakan diri di rak toko. Teknologi tanpa komunikasi adalah potensi yang belum dimanfaatkan.
AQUVIVA memasuki pasar air minum dalam kemasan dengan strategi harga yang agresif. Di Shopee, kemasan 250 ml ditawarkan seharga Rp1.300 dalam promo. Ini menjadi sinyal kuat bahwa merek ini tidak hanya mengandalkan teknologi sebagai pembeda, tetapi juga menggunakan harga sebagai alat untuk menarik perhatian dan membangun penetrasi.
Langkah ini menunjukkan kesadaran bahwa di pasar Indonesia, konsumen sangat sensitif terhadap harga. Aqua dan Le Minerale, dua pemain utama, menjual kemasan 330 ml masing-masing di kisaran Rp2.000 hingga Rp2.050. AQUVIVA tampil dengan ukuran sedikit lebih kecil, namun harga yang lebih murah, sehingga terlihat lebih terjangkau dan mungkin dianggap sebagai alternatif hemat bagi konsumen yang ingin mencoba sesuatu yang baru.
Strategi ini bisa disebut sebagai pendekatan hybrid—menawarkan nilai...