Research

INDONESIA, ANOMALI DI TENGAH KRISIS GLOBAL

Meski saat ini krisis kepercayaan melanda sejumlah negara secara global, yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya. Lembaga riset Edelman Intelligence mengungkapkan, Indonesia mengalami kenaikan tingkat kepercayaan dibanding tahun lalu, yakni naik 13 poin pada pemerintah, 6 poin pada bisnis, 4 poin pada media, dan 7 poin pada organisasi non-pemerintah (non-governmental organization/NGO)

Hasil riset Edelman Trust Barometer Indonesia ke-9 ini menunjukkan kenaikan pula di keseluruhan indeks kepercayaan menjadi 69 poin dari 62 pada tahun lalu antara lain pada empat institusi seperti pemerintah, bisnis, media dan NGO.

Ketika tingkat kepercayaan terjadi penurunan di 21 dari 28 negara yang disurvei, kata CEO Edelman Raymond Siva, Indonesia adalah salah satu negara yang justru menguat dengan indeks kepercayaan tinggi.

Riset berlangsung selama 13 Oktober-16 November 2016, melalui metode wawancara daring ke tiap responden selama 25 menit. Riset mengambil sampel lebih dari 33.000 responden yang terdiri dari 1.150 responden populasi umum usia 18 tahun ke atas, 500 responden melek informasi di Amerika Serikat dan China, serta 200 responden melek informasi pada masing-masing 28 negara yang diteliti, termasuk Indonesia.

Dijelaskan Silva, berbagai peristiwa global tak terduga yang terjadi sepanjang 2016 berdampak pada penurunan tingkat kepercayaan global pada keempat institusi yang disurvei. Saat ini dua dari tiga negara termasuk sebagai distrusters atau negara dengan indeks kepercayaan rendah.

Sebaliknya, indeks kepercayaan Indonesia tetap kuat dengan naiknya tingkat kepercayaan tertinggi pada pemerintah sebanyak 13 poin menjadi 71%. Reformasi ekonomi secara struktural dan fokus pada kesejahteraan masyarakat telah menjadikan Indonesia sebagai trusters, yaitu negara dengan Indeks Kepercayaan di atas 60%.

Seiring dengan NGO yang mengalami kenaikan tingkat kepercayaan sebanyak tujuh poin dari 57% ke 64% tahun ini, media sebagai institusi juga mengalami kenaikan empat poin dari 63% pada tahun lalu, dengan search engine sebagai tipe media yang paling dipercaya di atas media online, tradisional, media milik institusi dan media sosial.

Responden Indonesia lebih memilih search engines (69%) daripada para editor (31%) dan hampir lima kali lebih mungkin untuk mengabaikan informasi yang mendukung pendapat yang tidak mereka percayai.

Hasil studi selanjutnya mengindikasikan bahwa gerakan-gerakan populis saat ini dipicu oleh kurangnya kepercayaan pada sistem dan adanya ketakutan ekonomi dan sosial, termasuk pada korupsi (90%), globalisasi (73%), menurunnya nilai-nilai sosial (63%), imigrasi (61%), dan kecepatan inovasi (54%).

“Para responden merasa khawatir terhadap merebaknya korupsi yang membahayakan keselamatan rakyat dan mempersulit terciptanya perubahan yang diperlukan untuk menanggulangi permasalahan negara,” ujar Silva.

Lebih lanjut, dari keempat institusi, bisnis dipandang sebagai institusi yang dapat melakukan perubahan. Dijelaskan, 3 dari 4 responden setuju bahwa perusahaan seharusnya mengambil tindakan untuk meningkatkan laba sekaligus memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar tempat perusahaan beroperasi.

Tentang penerimaan bisnis, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara yang turut hadir sebagai pembicatra menyebutkan tiga komponen utama dalam bisnis, yaitu produksi barang berkualitas, menciptakan lapangan pekerjaan, dan membayar pajak selayaknya.

Meskipun bisnis sebagai institusi secara kontinyu meraih kepercayaan hingga 76%, namun kredibilitas CEO turun enam poin menjadi 51%, yang mengikuti penurunan global di 28 negara yang disurvei.

“Jelas ini adalah waktunya bagi para CEO untuk turun ke lapangan, berinteraksi langsung dan transparan dengan karyawan, pelanggan, dan masyarakat; dan untuk dapat dilihat dalam memperjuangkan laba dengan tujuan mulia.,” ujarnya.

Hal ini tidak bisa dihindari karena meningkatnya tingkat kepercayaan pada karyawan sebagai juru bicara untuk berbagai topik terkait perusahaan lebih dipercaya, dibandingkan dengan juru bicara perusahan untuk media. (W Setiawan)

Wawan Setiawan

Recent Posts

Binus Graduate Program Luncurkan Program Magister Desain

MIX.co.id - BINUS Graduate Program resmi merilis Program Magister Desain demi menjawab dinamika pasar yang…

8 hours ago

Targetkan Pangsa Pasar 27%, Ini Strategi yang Dipersiapkan Allianz Syariah di 2024

MIX.co.id - Penetrasi pasar asuransi syariah di Indonesia masih tercatat rendah, yakni masih di bawah…

9 hours ago

Majukan Fintech P2P Lending, Rupiah Cepat Libatkan Peran Perempuan

MIX.co.id – Perempuan memiliki peran penting dalam industri fintech peer to peer (P2P) lending. Hal…

22 hours ago

Q1 2024, Pendapatan Indosat Tumbuh 15,8%

MIX.co.id - Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 13.835 miliar, pada kuartal pertama…

24 hours ago

“Starbucks Creative Youth Entrepreneurship Program 2024” Jangkau Pelajar hingga Papua

MIX.co.id - Tahun ini, Starbucks kembali menggelar "Starbucks Creative Youth Entrepreneurship Program" (SCYEP). Melalui program…

1 day ago

J&T Express akan Kembali Menggelar “J&T Connect Run 2024”

MIX.co.id - Tahun 2024 J&T Express, perusahaan ekspedisi berskala global, kembali menggelar J&T Connect Run.…

1 day ago