Pentingnya Komunikasi untuk Menumbuhkan Tingkat Kepuasan Karyawan

Hasil riset Towers Watson tentang tingkat kepuasan karyawan di Indonesia akan manfaat yang selama ini telah diberikan perusahaan cukup mencengangkan. Riset yang digelar kepada 1.145 perusahaan di 20 negara di Asia Pasifik—termasuk Indonesia di dalamnya—menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara nomor dua yang mengeluarkan biaya paling banyak untuk manfaat karyawan (employee benefits).

Hasil survei yang digelar secara online terhadap karyawan level manager dari beragam industri itu menunjukkan bahwa saat ini 63% perusahaan di Indonesia menghabiskan lebih dari seperempat dari pengeluaran biaya manfaat karyawan untuk manfaat yang terkait dengan kesehatan. Sementara itu, hanya 38% dari perusahaan di Asia Pasifik yang melakukan itu.

Ironisnya, meski perusahaan di Indonesia telah mengeluarkan biaya banyak untuk manfaat karyawan, namun hanya 19% dari perusahaan di Indonesia yang menilai bahwa manfaat yang mereka berikan itu dihargai oleh karyawan mereka. Itu artinya, hanya 19% perusahaan yang memiliki tingkat kepuasan karyawan yang tinggi. Padahal, 64% dari perusahaan Indonesia mengaku bahwa mereka telah menghabiskan lebih dari 20% dari gaji untuk manfaat karyawan. Biaya untuk manfaaat karyawan itu cenderung tinggi di Indonesia, karena untuk kesehatan dan pensiun.

Dipaparkan Director Benefits-Towers Watson South East Asia Mark Whatley, gap yang tercipta antara rendahnya kepuasan karyawan dengan biaya yang tinggi yang telah dikeluarkan perusahaan untuk kepentingan manfaat karyawan karena masalah komunikasi. “Value perception akan lebih tinggi empat kali lipat ketika karyawan mampu terkomunikasikan dengan baik tentang apa saja yang telah perusahaan berikan terkait benefit karyawan. Untuk itu, guna mengurangi gap tersebut, perusahaan harus melakukan komunikasi yang baik dengan karyawan,” katanya.

Selain komunikasi, ditambahkan Director Benefits-Towers Watson Indonesia Santhi Devi R., salah satu hal yang perlu dipahami oleh perusahaan adalah menangkap ekspektasi karyawan akan kebutuhan mereka terhadap manfaat karyawan. “Perusahaan harus mampu mengenali berbagai kebutuhan karyawan. Dengan demikian, perusahaan dapat memberikan manfaat yang fleksibel dan custom sesuai dengan kebutuhan karyawan. Perlu diingat, manfaat karyawan yang sudah diberikan perusahaan harus dikomunikasikan secara teratur dan kontinyu,” sarannya.

Sementara itu, diuraikan Mark, 71% perusahaan Indonesia memiliki long-term documented benefit strategy. Obyektif utama dari strategi tersebut adalah untuk improve attraction dan retention (73%), control employment cost (45%), improve perceived value of benefits (36%), improve employee engagement (36%), dan improve employee performance (32%).

Berangkat dari fakta itu, Mark menyarankan agar Divisi Human Resources (HR) perusahaan-perusahaan di Indonesia merancang sejumlah rencana untuk setahun ke depan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan komunikasi ke karyawan. Kedua, membaut karyawan menjadi lebih akuntabel. Ketiga, perkenalkan manfaat karyawan yang fleksibel. Keempat, lakukan tranparansi biaya manfaat karyawan. Kelima, perkenalkan strategi cost sharing. Keenam, tambahkan manfaat yang fleksibel.