Keputusan bisnis yang diambil Sony dalam menolak tawaran Steve Jobs untuk menjalankan Mac OS di Vaio menjadi titik balik yang menentukan. Sebuah peluang emas yang terlewat, mengubah jalannya sejarah industri komputer pribadi.
.

.
Keputusan dalam dunia bisnis sering kali membawa konsekuensi jangka panjang yang bisa mengubah arah perusahaan. Kisah unik antara Sony Vaio dan Apple, seperti yang dilaporkan oleh The Verge, menawarkan contoh menarik tentang bagaimana pilihan yang tampaknya kecil dapat memiliki dampak signifikan pada masa depan sebuah produk (The Verge, 2014).
Seperti diceritakan The Verge, ada kesamaan visi antara pendiri Sony, Akio Morita, dan pendiri Apple, Steve Jobs. Keduanya memiliki impian untuk menciptakan produk yang belum pernah dibuat sebelumnya dan memasarkan produk tersebut dengan cara yang unik. Mereka tidak takut untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru.
“Create your product and then create your market,” bukan sekadar mengikuti pasar saja.
Walkman menjadi contoh kesuksesan Sony, sementara iPod, yang kemudian berkembang menjadi iPhone, menjadi bukti kejayaan visi Steve Jobs dalam menciptakan tren pasar.
Pada tahun 1996, Sony mendirikan Vaio, merek komputer pribadi yang menjadi simbol inovasi perusahaan. Nama Vaio merupakan akronim dari Video Audio Integrated Operation. Vaio dirancang untuk pengguna yang mengutamakan kepraktisan dan gaya. Beberapa tahun kemudian, produk ini semakin berkembang dengan fitur-fitur canggih yang menarik minat konsumen.
Namun, ada satu keputusan penting yang ternyata berpengaruh besar terhadap perjalanan Vaio. Tahun 2001, dalam sebuah pertemuan di Hawaii, Steve Jobs bertemu dengan eksekutif Sony. Menurut kesaksian Kunitake Ando, mantan presiden Sony, Jobs menawarkan kesempatan unik: menjalankan sistem operasi Mac OS di laptop Vaio (Hayashi, 2014).
Setelah bermain golf dengan eksekutif Sony lainnya, Ando melihat Jobs menunggu di ujung lapangan dengan sebuah laptop Vaio yang menjalankan Mac OS. “Steve Jobs dan seorang eksekutif Apple lainnya menunggu kami di akhir lapangan golf dengan memegang VAIO yang menjalankan Mac OS,” kenang Ando.
Sony saat itu sedang menikmati kesuksesan laptop berbasis Windows. Tim manajemen Sony melihat bahwa beralih ke Mac OS bisa menjadi langkah yang terlalu berisiko. Akhirnya, negosiasi tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.
“Maaf, Jobs-san, tetapi kami harus tetap dengan Windows. Kami baru saja mencapai kesuksesan di pasar dengan sistem ini,” ujar salah satu eksekutif Sony dalam pertemuan itu.
Jobs pun hanya tersenyum kecil, lalu menjawab, “Saya mengerti, tapi ingatlah, keputusan ini bisa menentukan masa depan Vaio.”
Beberapa tahun kemudian, penjualan Vaio mulai menurun karena...