Bisnis "Niche Market" Adam Abdullah di Industri Fashion

Berawal dari sulitnya mencari outfit untuk meeting bersama klien, akhirnya Adam Abdullah memutuskan untuk memulai bisnis fashion, khusus untuk pria bertubuh besar. "Tadinya, saya membuat outfit untuk kebutuhan saya sendiri. Saya pesan dengan desain yang sudah saya rancang," cerita pria yang pernah bekerja di Bank BTPN selama 13 tahun itu mengenang.

Selanjutnya, teman-teman kantor yang memiliki masalah serupa, yakni kesulitan mencari fashion bertubuh besar, jatuh cinta pada outfit yang dikenakan Adam. Mereka pun mulai membeli dan memesan outfit yang sama.

"Saya lihat ini sebagai peluang untuk menggarap niche market, yakni pasar fashion untuk pria bertubuh besar seperti saya. Tahun 2014, saya putuskan untuk memproduksi 4 lusin outfit dengan modal yang agak cekak, Rp 20 juta," ia menuturkan.

Sayangnya, hanya karena sebatas teman kantor yang membeli, akhirnya outfit yang dirancang sekaligus diproduksinya itu hanya terjual 1 lusin. Sisanya, ia putuskan untuk dijual melalui Facebook dan Instagram. "Dulu, eCommerce belum semarak sekarang. Alhamdulillah, hanya dalam tempo dua minggu, produk saya ludes terjual," ujarnya.

Adam pun mulai memberanikan diri untuk memproduksi lebih banyak. Pertimbangannya adalah tidak hanya memasuki pasar Jakarta, tetapi juga daerah. Sebab, ia percaya, jika tinggal di Jakarta saja ia kesulitan mencari outfit untuk tubuh besarnya, maka akses untuk mereka yang tinggal di daerah tentu lebih sulit lagi.

Tahun 2016, akhirnya, Adam memutuskan untuk mengundurkan diri dari seorang profesional perbankan, untuk kemudian fokus menjadi entrepreneur yang berbisnis fashion. Sejak saat itu, ia pun mulai berbisnis outfit brand WGB--kependekan dari Wah Gede Banget. "WGB ini saya namai sejak tahun 2015," kisahnya.

Hasilnya, sejak 2014 hingga sekarang, omset WGB terus bertumbuh. Jika tahun 2014 omsetnya hanya Rp 150 juta, tahun 2015 naik menjadi Rp 750 juta. Bahkan, di 2016, omsetnya melesat menjadi Rp 998 juta. "Sampai September ini, omset WGB sudah mencapai Rp 2,4 miliar. Target saya, akhir tahun 2019, omset WGB bisa menyentuh Rp 3,5 miliar," Adam menargetkan.

Istimewanya, para pembeli WGB tidak hanya di Jakarta. Akan tetapi, juga mereka yang tinggal di Jayapura, Kupang, Medan, Surabaya, Gorontalo, Bekasi, Bandung, dan daerah lainnya. "Mereka didominasi oleh usia 25 sampai 35 tahun," katanya.

Diakui Adam, sejumlah tantangan ia harus hadapi dalam membesarkan bisnis WGB. Tantanga pertama adalah memasarkannya melalui department store dan eCommerce besar. "Saya pernah ditolak ketika ingin masuk ke department store dan eCommerce. Alasannya, terlalu niche market," terangnya.

Guna menjawab tantangan itu, ia memilih fokus menjual WGB melalui media sosial, alias SocioCommerce. Termasuk, melalui Word of Mouth (WOM), yang kemudian memesan melalui akun media sosial WGB, baik di FB, IG, maupun website. "Setelah branding terbangun, barulah WGB hadir di Tokopedia, Sophee, dan Bukalapak," akunya.

Tantangan berikutnya adalah harga yang tidak selaras dengan daya beli konsumen yang tinggal di daerah. Untuk hal ini, Adam memutuskan menurunkan harga WGB, yang awalnya di kisaran Rp 350 ribu hingga Rp 1 juta, menjadi Rp 149 ribu hingga Rp 450 ribu.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)