Jiwa entrepreneur rupanya sudah dimiliki Dina Rimandra Handayani sejak remaja. Saat masih duduk di bangku SMA misalnya, Dina sudah berani membuka butik fesyen di rumahnya. Tak heran, ketika baru satu semester di Inggris untuk meneruskan S2, pehobby traveling dan diving itu lebih memilih untuk fokus berbisnis.
"Kesempatan tidak datang dua kali. Saya yakin, sekolah S2 bisa diambil kapan saja. Oleh karena itu, ketika bertemu dengan teman-teman di sana yang memiliki passion bisnis yang sama, saya putuskan untuk berbisnis jus apel berfermentasi atau lebih dikenal dengan istilah cider. Cider sendiri kategori baru di Indonesia," ungkap alumni Interstudy jurusan komunikasi itu bercerita.
Tahun 2012, dara kelahiran Bogor 15 Mei 1987 itu akhirnya meluncurkan Albens, merek cider lokal pertama di Indonesia. Menyasar pasar anak muda, Dina pun memilih memanfaatkan event, digital, dan komunitas untuk strategi marketing komunikasinya. "Dengan tools itu, saya bisa melakukan edukasi market dan menciptakan brand engagement. Cider testing pun bisa dilakukan melalui event party dan komunitas," lanjut Dina yang menjabat Direktur Indosarnia, produsen Albens.
Sukses di pasar nasional dengan rata-rata pertumbuhan penjualan 30% tiap bulannya, Albens sudah berhasil diekspor ke Malaysia, Australia, Singapura, Thailand, dan HongKong. Catatan kinerja yang meyakinkan plus pasar yang menjanjikan, membuat PT Tiga Pilar Sejahtera--yang dikenal lewat brand Taro--tertarik beraliansi dengan Albens di tahun 2014. "Melalui aliansi, saya berharap ekpansi Albens akan makin luas dan Albens akan makin siap menghadapi era Mayarakat Ekonomi ASEAN," ia melanjutkan.
Tak puas dengan bisnis F&B, tahun depan Dina berencana meluncurkan brand fesyen berbasis batik, Ambah. Bisnis yang lagi-lagi menjadi passion-nya. Jika di Albens Dina menggandeng petani apel lokal, maka untuk merek Ambah, ia menggandeng pengrajin lokal. "Konsep bisnis yang saya usung harus mampu menggandeng dan memberdayakan SDM lokal," ujar sulung yang aktif di sejumlah organisasi sosial dan bisnis, salah satunya HIPMI.
Meski sibuk dengan bisnis dan organisasi, setiap bulannya Dina tetap menyempatkan diri melakukan traveling ke pelosok Indonesia dan mancanegara. Bagi dara yang memiliki motto 'I Live with Passion', dengan traveling ia juga bisa memperoleh consumer dan market insight. "Setiap daerah punya karakter yang berbeda. Insight itu bisa saya peroleh saat saya melakukan traveling, untuk kemudian saya gunakan sebagai dasar untuk merancang strategi marketing komunikasi Albens maupun Ambah," ucap perempuan keturunan Betawi-Sunda itu menutup pembicaraan.