DR. Martha Tilaar, Social Entrepreneur Indonesia di “UN Global Compact”

Terpilih sebagai satu-satunya social entrepreneur dari Indonesia oleh “UN Global Compact” merupakan prestasi yang sangat bergengsi. Prestasi itulah yang telah diraih oleh DR. Martha Tilaar, wanita pendiri perusahaan kosmetik Martha Tilaar Group. Penghargaan yang diperolehnya dari badan dunia PBB atau United Nation (UN) pada tahun 2000 itu bukan tanpa sebab. Jejak bisnisnya merintis usaha kosmetik dengan local wisdom-lah yang membuat ia terpilih sebagai salah satu dari 50 pengusaha di dunia oleh “UN Global Compact”.

DR. Martha Tilaar, Founder Martha Tilaar Group DR. Martha Tilaar, Founder Martha Tilaar Group

Ya, Martha Tillar memang mengawali usahanya dari sebuah halaman garasi 4X6 meter di tahun 1970. Dengan support penuh dari sang suami, yang merupakan seorang guru, ia sanggup membuat usaha bakul jamunya itu menjelma menjadi perusahaan raksasa yang sudah go global. Bahkan, ia mampu menginspirasi sekaligus menularkan semangatnya kepada entrepreneur yang lain, yakni dengan mnghadirkan “Indonesia Global Compact Network”. Seperti apa kisah di balik sukses DR, Martha Tilaar di kancah internasional? Simak wawancara Jurnalis MIX, Dwi Wulandari, bersama Founder Martha Tilaar Group DR. Martha Tilaar di kediamannya berikut ini.

Tolong ceritakan bagaimana akhirnya Ibu dapat terpilih oleh PBB untuk Program “UN Global Compact”?
Program “UN Global Compact” merupakan inisiatif dari Sekjen PBB Kofi Annan yang diresmikan di New York pada 26 Juli 2000. “UN Global Compact” merupakan gerakan yang sifatnya internasional dan sukarela, menyerukan sekaligus mengajak para pemimpin dunia bisnis, institusi, dan LSM di seluruh dunia untuk menerapkan sepuluh prinsip tentang HAM (Hak Asasi Manusia), buruh, lingkungan, dan anti korupsi. Aksi berasama tersebut merupakan tanggung jawab di kalangan bisnis dan usaha sebagai bukti bahwa bisnis mereka dapat memberikan solusi dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Tepat pada 26 Juni 2000, saya mendapat undangan langsung dari Bapak Kofi Annan untuk mengikuti “UN Global Compact”. Waktu itu, saya satu-satunya social entreprenuer dari Indonesia di antara 50 pengusaha yang terpilih. Sebagai perusahaan yang berasal dari bakul jamu, saya bersanding dengan perusahaan-perusahaan multinasional sepeti Unilever global, bankers dari Swiss, dan sebagainya.

Bagaimana Ibu dapat terpilih oleh “UN Global Compact”?
Rupanya saya direkomendasi oleh NGO asal Prancis yang waktu itu melihat training center kami di Bali, Sari Bali. Di sana, Martha Tilaar memang menghadirkan training center untuk anak-anak perempuan pedesaan yang harus putus sekolah dan menikah muda. Kami memberikan pelatihan dan pembinaan kepada mereka. Tak kurang dari 4.200 wanita telah kami up-grade skill-nya untuk menjadi lebih baik. Mereka menganggap bahwa saya telah menjalankan prinsip-prinsip yang diusung oleh “UN Global Compact”.

Lantas, bagaimana cara ibu menularkan semangat dan prinsip-prinsip “UN Global Compact” kepada sesama entrepreneur?
Jujur saja, awalnya saya kesulitan mengajak teman-teman entrepreneur untuk bisa bergabung dengan “UN Global Compact”. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk memperkenalkan “UN Global Compact” adalah melakukan kerja sama sinergis dengan tokoh marketing seperti Pak Hermawan Kertajaya dan IMA (Indonesia Marketing Association).

Pada tahun 2006, akhirnya didirikanlah “Indonesia Global Compact Network”. Pada awal pendirian, jumlah pengusaha yang bergabung masih 21 orang. Syukur, saat ini jumlahnya terus bertumbuh, hingga menjadi 115 pengusaha baik dari perusahaan, LSM, maupun universitas. Dari jumlah itu, 90% justru berasal dari segmen SME (Small Medium Enterprise). Sejumlah program dan kampanye kami lakukan untuk mengkomunikasikan “Indonesia Global Compact Network”.

Syarat untuk ikut “Indonesia Global Compact Network” yang kemudian dapat ikut di “UN Global Compact”?
Syaratnya tidak terlalu sulit. Yaitu, hanya menjalankan 10 prinsip “UN Global Compact” terkait HAM, buruh, lingkungan, dan anti korupsi. Setelah itu, mereka harus memiliki komitmen, action, dan membuat report secara rutin. Sayangnya, seringkali kendala ada pada saat mereka harus membuat reprot secara rutin. Oleh karena itu, kami seringkali membuat program edukasi atau coaching clinic untuk member dalam membuat laporan yang sustain.

Lantas, apa benefit yang bisa diperoleh entrepreneur dengan mengikuti “UN Global Compact”?
Benefitnya tentu banyak. Mulai dari memperoleh networking dengan berbagai perusahaan global—karena jumlah “UN Global Compact” saat ini sudah mencapai 8.000, dapat memperoleh insight atau informasi seputar pasar global, berpeluang berkolaborasi bisnis dengan perusahaan global, hingga memiliki pintu masuk atau jalan awal untuk memasuki pasar global. Benefit itu sudah kami rasakan. Dengan terpilihnya saya sebagai satu-satunya orang Indonesia di program “UN Global Compact”, maka juga dapat memperkuat brand sekaligus corporate image dari Martha Tilaar Group di kancah internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)