Fima sejatinya menimba ilmu di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Namun sejak lulus dari kampus yang kini menjadi Universitas Negeri Yogyakarta itu, Fima Rosyidah memutuskan untuk tidak berkarir sebagai pendidik. Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris ini malah “menyebrang” ke industri Teknologi Informasi (TI) dan menekuni profesi PublicRelations (PR) dan Marketing.
Mengawali karirnya di perusahaan TI di Jakarta, Demos Technology, Fima kemudian keluar masuk di industri jasa komunikasi seperti di Airis Health, Cognito, dan Metamorph PR. "Dari sanalah saya mulai mengenal dunia komunikasi dan PR, sehingga saya pun mencintai dunia ini," ceritanya.
Cukup berpengalaman di agensi, pada 2011 Fima memutuskan pindah ke client side dengan bergabung ke PT SAS Institute, perusahaan TI asal Amerika, sebagai PR Specialist. Dalam perjalanannya di SAS, Fima kemudian ditarik ke divisi marketing. "Saya dipercaya menjadi MarketingSpecialist untuk menyasar pasar B2B (Business to Business). Dan rupanya, seperti halnya PR, dunia marketing pun dinamis dan sangat menantang," tuturnya.
Menurut Fima, pengalamannya membuktikan bahwa marketing PR ternyata sangat efektif dalam pemasaran produk TI. "Pada satu ketika, ada media yang menulis tentang SAS. Tulisan ini rupanya menarik salah satu customer kami (perusahaan besar). Dia kemudian membeli produk kami usai membaca berita SAS tersebut," kata pemilik bisnis online FMZahra, sebuah gerai online jam tangan original.
Lima tahun di SAS, pada April 2016 Fima hijrah ke Red Hat, perusahaan TI asal Amerika. Di sana ia menempati posisi MarketingManager ASEAN. Gebrakannya di tempat baru itu adalah menghadirkan 265 peserta dari lebih dari 80 perusahaan pada acara "Red Hat Forum". Padahal target yang dipatok di awal hanya 200 peserta, sementara peminat yang mendaftar ada 600 orang. “Maka kami pun harus menyeleksi mereka.” Menurut Fima, event yang digelar pada Oktober tahun lalu ini berdampak signifikan kepada kinerja bisnis Red Hat. (Dwi)
