Imas Mintarsih dan Bisnis Kerupuk Jengkol Oyoh

Terpilih menjadi salah satu finalis di ajang kompetisi bergengsi “The Big Start Indonesia 2017” tentu sebuah kebanggan tersendiri bagi Imas Mintarsih. Maklum saja, millennial kelahiran Sumedang 25 Maret 1995 itu mampu menyisihkan 20 ribu creativepreneur muda yang berasal dari seluruh Indonesia. Selanjutnya, setelah melewati babak penyeleksian Top 100, akhirnya Imas mampu menjadi salah seorang finalis dari Top 20. “Saya berharap dapat terpilih menjadi salah satu pemenang dari tiga orang pemenang terbaik yang akan dipilih nanti,” harap Imas.

Harapan Imas menjadi salah satu pemenang di ajang kompetisi yang digelar Blibli.com itu bukan tanpa alasan. Maklum saja, dana segar yang disiapkan Blibli.com kepada tiga pemenang creativepreneur muda itu terhitung sangat signifikan untuk pengembangan bisnis, yakni Rp 1 miliar. “Rencananya, jika saya menang, dana ini akan saya gunakan untuk mengembangkan bisnis camilan ringan kerupuk jengkol dengan merek Oyoh,” ceritanya.

Diakui Imas, selama ini, bisnis kerupuk jengkol Oyoh masih berskala rumahan. “Semuanya dilakukan secara manual dan tradisional. Misalnya, untuk mengolah jengkol hingga menjadi kerupuk, kami belum menggunakan mesin. Untuk itu, jika menang, hadiah ini akan saya gunakan untuk membeli mesin yang dapat mempercepat dan memperbanyak produksi. Termasuk, untuk melakukan kampanye pemasaran maupun mengemas packaging menjadi lebih modern,” tuturnya.

Alumni Universitas Padjajaran jurusan Pertanian tersebut mengisahkan bahwa Oyoh berawal dari bisnis sang ibu. Sejak tahun 1980-an, sang ibu sudah membuat dan menjual kerupuk jengkol. Dijelaskan Imas, waktu itu, bisnis kerupuk jengkol sang ibu masih sangat konvensional, bahkan tanpa merek. Distribusi pun hanya lewat warung-warung tetangga dekat rumah.

Oleh karena itu, bungsu dari empat bersaudara itu tertarik untuk mengembangkan bisnis sang ibu. Usai lulus sarjana, tepatnya tahun 2014, Imas dengan mantap memutuskan untuk menjadi creativepreneur yang ingin membesarkan bisnis kerupuk jengkol Oyoh. Di usianya yang masih terbilang belia, ia mulai membenahi bisnis sang ibu secara perlahan. Mulai dari memberikan nama dengan merek Oyoh yang merupakan nama dari sang ibu, memperbaiki kemasan, memperluas distribusi ke daerah Sumedang dan Bandung lewat kanal e-Commerce dan social media, hingga membangun brand Oyoh melalui media sosial seperti Instagram maupun mengikuti pameran.

“Saat ini, Oyoh memiliki tiga varian, yakni original, pedas, dan barbeque. Kami juga menghadirkan Oyoh dalam ukuran kecil seharga Rp 1.000 yang dijual di warung-warung serta ukuran besar seharga Rp 10.000 yang dapat dipesan dan dijadikan oleh-oleh,” terang Imas yang menyebutkan bahwa produksi Oyoh untuk varian kecil bisa mencapai 1.000 bungkus per bulannya.

Bermodal knowledge yang diraihnya selama mengikuti karantina di ajang “The Big Start Indonesia 2017”, Imas bertekad membesarkan bisnis Oyoh menjadi UKM, alias Usaha Kecil Miliaran. Termasuk, menjadikan Oyoh sebagai oleh-oleh khas dari Sumedang. “Selama ini, Oyoh sudah dipesan konsumen yang berasal dari luar Sumedang, seperti mereka yang tinggal di Bandung, Jawa Timur, dan Kalimantan. Bahkan, ada juga yang menjadikan Oyoh sebagai oleh-oleh untuk dibawa ke luar negeri seperti Mesir,” tutup Imas, yang mengaku mendapat wawasan yang sangat luas terkait leadership, strategi pengembangan bisnis, hingga jejaring bisnis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)