Kreator di Balik Popularitas "Prambanan Jazz"

Berawal dari hobby menonton konser musik, Anas Syahrul Alimi memutuskan untuk banting setir menjadi seorang promotor di tahun 2011. Konser "Trio Lestari", yang mempertemukan tiga penyanyi pria papan atas bersuara emas--Glenn Fredly, Sandy Sundoro, dan Tompi--rupanya sukses digelar di enam kota.

Paling anyar, konser Prambanan Jazz selama dua hari pada Agustus 2016 lalu, dengan mendatangkan Kenny Z, Rick Price, dan Boys II Men, sanggup membetot 19 ribu penonton. Bahkan, tiket konser "Prambanan Jazz" sebelumnya, di tahun 2015 lalu, dengan hanya mendatangkan Kenny G juga ludes terjual. Konser bemuatan heritage dan budaya itu, sejatinya menjadi salah satu upaya destination branding yang dilakukan Anas dalam berkontribusi pada Yogyakarta.

Popularitas konser "Prambanan Jazz" ternyata sanggup menarik hati sejumlah pemimpin daerah di Indonesia. "Mereka ingin dibuatkan konser dengan konsep yang unik dan berbeda di daerahnya untuk membranding kota maupun destinasi di wilayahnya," ujar Anas Syahrul Alimi, CEO sekaligus Founder Rajawali Indonesia Communication.

Diceritakan alumnus Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta itu, sebelum memutuskan berbisnis di konser musik, sebenarnya ia pernah menggelar konser tunggal di Yogyakarta. Lantaran, ia gemar menonton konser musik di dalam maupun luar negeri. Sebut saja, di Singapura, Australia, hingga Italia.

20160901_172954"Waktu itu, tahun 2002, saya menggelar konser tunggal di Yogyakarta lewat bendera Pink Book, penerbit buku yang saya dirikan di Yogyakarta. Hasilnya, gelaran konser perdana saya sukses besar. Tahun 2006, saya pun memutuskan untuk membuat konser Glenn feat Tompi di Yogyakarta, Solo, dan Malang," terang Anas, yang pernah mendirikan penerbit buku Publisher, Jendela, dan Pustaka Sufi di Yogyakarta.

Mantan aktifis kampus dan wartawan Jawapos Yogyakarta itu, bahkan pernah mendirikan konsultan politik pada tahun 2009 hingga 2011. Targetnya adalah para politikus di berbagai daerah di Indonesia. Konsultan politik besutannya pun pernah menjadi tim sukses calon presiden dan wakil presiden SBY-Boediono.

Konser sukses lainnya di bawah "tangan dingin" Anas adalah konser Michael Learn to Rock, Air Supply, Pentatonix, Rick Price, Boys II Men. Semuanya digelar lewat konsep roadshow ke berbagai daerah di Indonesia, kecuali Pentatonix yang hanya digelar di Jakarta. Lantaran, Pentatonix baru pertama kali datang ke Indonesia dan lebih dikenal oleh penonton Jakarta.

Keberhasilan Anas membangun bisnis Rajawali Indonesia Communication di industri konser musik tak lepas dari tiga strategi. Pertama, Anas memilih market yang belum banyak pesaing, alias blue ocean. Yakni, dengan menggelar konser di secondary city seperti Yogyakarta, Bandung, Banjarmasin, dan daerah lainnya di Indonesia.

"Sebagai pendatang baru di bisnis konser musik tentu saja saya harus mengambil langkah strategis. Bersaing di pasar Jakarta yang sudah sangat ketat butuh modal yang sangat besar, karena harus mendatangkan penyanyi asing yang kekinian. Belum lagi, saya harus bertarung dengan incumbent atau promotor lainnya yang sudah lebih dulu hadir di Jakarta," jelasnya.

Keputusan Anas, mengemas konser musik di secondary city, diungkapkannya, lantaran ia memiliki misi untuk membuat pasar daerah juga dapat menikmati konser musik kelas dunia layaknya penonton Jakarta.

Strategi kedua adalah senantiasa menghadirkan konser musik dengan konsep yang unik dan berbeda dengan "bungkus" roadshow ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satu konsep unik yang sukses disajikan Anas adalah konser Prambanan Jazz lewat muatan heritage, konser Trio Lestari berkonsep talkshow, dan konser Slank di Perbatasan.

Konser dengan konsep yang unik dan kuat tak hanya mampu mendatangkan penonton dan ulasan media. Akan tetapi, juga sanggup menarik minat sponsor. Oleh karena itu, pada konser Prambanan Jazz, Rajawali Indonesia Communication bisa mendapatkan sponsor dari sejumlah brand besar, seperti Mandiri, BTN, BNI, dsn Indie Home (Telkom).

"Bahkan, sejumlah pemimpin daerah sudah datang menemui saya untuk dibuatkan konser serupa untuk dijadikan channel branding kota maupun destinasi di daerah mereka. Ini merupakan peluang bisnis baru bagi kami. Selain itu, tahun 2015 lalu, pertumbuhan revenue Rajawali Indonesia Communication sanggup mencapai 50%," lanjut pria kelahiran Sidoarjo, 16 September 1976 itu bercerita.

Strategi ketiga adalah menghadirkan konser musik di daerah dengan harga yang terjangkau. Diakui Anas, untuk menetapkan harga yang cocok untuk pasar daerah, ia memiliki tim khusus untuk melakukan riset pasar. Termasuk, dalam memilih artis yang akan didatangkan, ia juga memiliki tim khusus untuk melakukan riset pasar.

Dalam waktu dekat, diakui Anas, ia ingin segera mewujudkan mimpinya untuk menggelar "Live in Prambanan" dengan menghadirkan David Foster dan Andrea Bocelli dalam satu panggung megah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)