Berawal dari konsultan di salah satu perusahaan arsitek selama tiga tahun, Miranda Vania Warokka akhirnya justru memilih profesi pemasar. Pilihan itu tentu bukan tanpa alasan. “Meski saya lulusan Teknik Arsitektur di Universitas Trisakti, namun sejak awal sebenarnya saya sudah tertarik dengan dunia pemasaran,” kata wanita kelahiran Jakarta 12 Juni 1979 itu bercerita.
Oleh karena itu, ketika mendapat kesempatan bergabung dengan LG pada tahun 2005, Miranda langsung antusias. Ditempatkan di Divisi Marketing Communication, ia pun menjadi salah seorang yang membidani kehadiran LG Mobile di Indonesia. “Saya belajar banyak dari teman-teman berkecimpung di dunia marketing,” akunya.
Kepiawaian Miranda menangani pemasaran produk telko, dalam hal ini mobile, rupanya terus berlanjut. Alhasil, tahun 2006, ia dipercaya untuk membesut produk Sony Ericsson. Berikutnya, ia bergabung dengan Sony Mobile pada 2009.
Juni 2013, lagi, Miranda dipercaya membidani lahirnya Divisi Mobile Lenovo. Di sana, ia dipercaya menempati posisi MBG Marketing Lead Lenovo Indonesia. Kinerja Lenovo yang cukup signifikan dalam menggarap pasar di Indonesia, membuatnya dipercaya juga untuk merevitalisasi merek Motorola di Indonesia—yang telah diakuisisi oleh Lenovo.
“Meski industri telekomunikasi seperti produk ponsel ini memiliki ritme yang cepat dan kompetitif, namun saya menyukainya. Hal ini sesuai dengan pribadi saya yang memang dinamis dan menyukai tantangan maupun hal baru,” ungkap pehobby traveling dan musik ini berkisah.
Lantas, strategi apa yang dilancarkan Miranda untuk merevitalisasi Motorola? Dijawab Miranda, pertama adalah inovasi. Kedua, membangun brand awareness sekaligus mengedukasi pasar potensial dari segmen millennial. Ketiga, memperkuat segmen mature yang selama ini sudah menjadi loyal customer Motorola. Keempat, menjalankan marketing komunikasi terintegrasi, mulai dari berkomunikasi di media konvesnional seperti TV, aktivasi merek lewat Moto Bus, hingga menggelar aktivasi di media digital dan media sosial. (Dwi Wulandari)