Pendiri J99 Corp. Capai Finish di Tokyo Marathon 2025

MIX.co.id - Perhelatan bergengsi untuk para runner anthusiast, Tokyo Marathon 2025, baru saja digelar di Tokyo, Jepang. Di ajang marathon internasional itu, Gilang W. Pramana yang akrab disapa Juragan 99, yang merupakan pengusaha sekaligus Pendiri J99 Corp., berhasil mencapai garis finish.

"Rasanya nano-nano! Capek, tentu saja. Tapi untuk saya, marathon ini bukan hanya soal fisik, tapi perjalanan mental juga. Di kilometer-kilometer rawan, pikiran saya sudah ke mana-mana. Tapi saya tahu, marathon ini adalah perjalanan panjang yang harus dijalani tanpa membawa beban. Apapun rintangannya, lari saja! Tidak boleh berhenti, tidak boleh jalan. Saya harus tabrak batas dalam diri sendiri. Akhirnya bisa finish dan ketagihan! Saya berniat akan ikut marathon lagi tahun ini," cerita Gilang.

Tokyo Marathon merupakan salah satu dari World Marathon Majors, ajang marathon bergengsi dunia yang sejajar dengan Boston, London, Berlin, Chicago, dan New York Marathon. Setiap tahunnya, lebih dari 38.000 pelari dari berbagai negara ikut serta dalam ajang ini, termasuk 400 pelari asal Indonesia yang menempuh lintasan sepanjang 42,195 kilometer melintasi kota Tokyo.

Kondisi cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi para pelari dari Tanah Air. Perbedaan suhu memang cukup ekstrem dibandingkan dengan kondisi tropis di Indonesia. Meskipun cuaca cerah, suhu udara yang berkisar 10-14 derajat Celcius, tubuh perlu beradaptasi untuk memastikan performa optimal selama berlari di udara yang lebih dingin dan kering.

“Sebelum bulan Ramadan tiba, saya sudah berlatih mengatur pola dan gaya hidup sehingga tubuh terbiasa. Mengonsumsi air yang cukup dan makan makanan bernutrisi saat buka dan sahur menjadi salah satu kuncinya. Untuk menunjang performa fisik saat olahraga di bulan puasa, jangan lupa melakukan pemanasan dan peregangan. Selain itu, saya juga senantiasa memastikan agar mengenakan pakaian dan sepatu yang nyaman saat berolahraga,” imbuh Gilang.

Bagi pelari yang terbiasa dengan suhu panas dan kelembapan tinggi, aklimatisasi menjadi faktor kunci agar tubuh tidak mengalami kejutan saat berkompetisi. Gilang yang mengikuti kategori full marathon di Tokyo, merasakan sendiri tantangan ini selama perlombaan. Perbedaan suhu dapat memengaruhi pernapasan, hidrasi, serta efisiensi energi tubuh, sehingga persiapan fisik dan strategi yang tepat menjadi sangat penting.

Gilang mengikuti kategori full marathon, melewati berbagai landmark ikonik di ibu kota Jepang, termasuk Tokyo Metropolitan Government Building, Asakusa, dan Tokyo Station. Bagi Gilang, marathon ini lebih dari sekadar ajang olahraga, tetapi juga pembuktian diri bahwa batasan hanya ada jika seseorang membiarkannya.

"Ketika mencapai garis finish, saya menangis haru. Ini marathon pertama saya dan saya bisa menyelesaikannya. Saya bangga bisa membanggakan istri dan anak saya, serta berharap bisa memberikan motivasi serta inspirasi bagi tim dan komunitas di sekitar saya. Saya percaya bisa terus push limit, karena yakin, kalau kita tidak punya batas. Kalau saya bisa, semua orang juga bisa! Marathon Tokyo ini luar biasa, sebuah perjalanan yang akan selalu saya ingat," sambungnya.

Gilang juga menyampaikan bahwa marathon bukan hanya soal olahraga, tetapi juga filosofi hidup. Ia berprinsip bahwa tidak cukup hanya sukses secara finansial, tetapi juga harus sehat dan bugar untuk menikmati hasil kerja keras.

"Tidak cukup hanya punya cuan, badan juga harus sehat. Tidak cukup hanya profit, tubuh juga harus fit. Saya akan lanjutkan perjalanan ini, dan ini bukan yang terakhir. Tunggu, saya akan marathon lagi tahun ini!" serunya.

Meskipun target awalnya adalah 4 jam 45 menit, ia akhirnya menyelesaikan Tokyo Marathon dalam 5 jam 20 menit. Namun, hal ini tidak membuatnya kecewa. Sebaliknya, ia semakin termotivasi untuk memberikan 99% usaha plus 1% ekstra agar bisa mencapai 100% maksimal di marathon berikutnya.

Sepanjang perjalanan, Gilang merasakan besarnya dukungan dari keluarga dan tim. Bahkan, di setiap kilometer, ia mencari-cari keberadaan anaknya di antara penonton, berharap bisa memeluknya di garis finish. "Setiap mendengar suara anak kecil, saya langsung mencari, berharap itu anak saya. Saya ingin bisa memeluknya sambil berlari. Akhirnya, saya menemukan anak saya di finish. Support system saya sangat luar biasa. Ketika mulai merasa capek, saya mengingat mereka, dan semangat saya kembali," katanya.

Setelah melewati Tokyo Marathon, Gilang menganggap kalau setiap langkah merupakan perjuangan, ketekunan dan tekad untuk terus melampaui batas diri. "Saya bersyukur bisa sampai di titik ini. Terima kasih Allah, untuk keluarga, tim J99, dan semua support system yang sudah mendukung saya sejak awal. Ini baru permulaan, perjalanan saya belum selesai! Saya sudah beberapa kali menghadapi tantangan besar dalam hidup, dan setiap kali saya memilih untuk berjuang, saya selalu berkembang menjadi versi diri saya yang lebih baik. Saya percaya, selama ada niat dan usaha, nothing is impossible," yakin Gilang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)