Sukses membangun bisnis di negeri sendiri tentu menjadi catatan prestasi tersendiri. Menjadi makin istimewa jika putra bangsa berhasil membangun bisnis di negeri orang. Prestasi gemilang itulah yang kini sanggup dipetik Hengki Widjaja.
Pria kelahiran Surabaya 1976 silam itu terhitung sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang sukses membangun bisnis di Australia. Hengki tercatat sebagai salah satu pemilik dan Direktur Itree Pty Ltd, pemimpin pasar (market leader) perangkat lunak (software) keamanan lalu lintas darat dan laut, produktivitas lembaga, dan penegakan hukum di seluruh wilayah Australia dan Selandia Baru.
Meski bukan pendiri Itree dan mengawali karir sebagai karyawan biasa di sana, tepatnya sebagai Casual Software Developer, Hengki tercatat berhasil membawa perusahaan yang berkantor pusat di Wollongong di New South Wales itu mampu dipercaya oleh pemerintah di sana. Sebab, hampir semua lembaga negara, terutama di Australia, menjadi pelanggan Itree.
Karir Hengki di Itree terus melesat, mulai dari casual software developer, project manager, hingga managing director. Bahkan, saat menjadi project manager, ia sukses membukukan keuntungan proyek terbaik dibanding project manager lainnya.
Sejatinya, memasarkan produk dan layanan Itree—seperti perangkat lunak untuk kamera pengawas kecepatan kendaraan (speed camera), stasiun pengecekan truk (truck checking station), dan pengaturan lalu lintas kapal laut di pelabuhan—yang target pasarnya adalah lembaga pemerintah, tidaklah mudah dilakukan oleh orang Indonesia.
“Saat saya menerima jabatan sebagai managing director, jumlah karyawan Itree sudah 60 orang. Puji syukur, bersama dengan tim, saya mampu memimpin perusahaan menjadi sekitar 100 orang,” terangnya.
Pada tahun 2004, ketika bimbang antar apulang kampung dan tetap menetap di Australia, Hengki justru diajak bergabung menjadi pemegang saham perusahaan. “Saya akhirnya setuju membeli saham dan menjadi 1 dari 4 pemegang saham Itree,” ceritanya.
Tak puas dengan prestasinya di Itree, alumnus University of Wollongong-Australia itu memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri. Tepat pada Agustus 2017, ia memilih hanya bertindak sebagai direktur dan pemegang saham, bukan managing director. Lantaran, ia ingin membesarkan dua perusahaan rintisan (startup), yaitu Accelerion dan Dayspring Care, yang ia dirikan.
“Accelerion akan mengakselerasi ide-ide orang Indonesia sampai terealisasi menjadi sebuah bisnis nyata, termasuk memberikan dana (funding). Saat ini, Accelerion telah mengakselerasi satu produk bernama AccelHealth, aplikasi untuk mendukung gaya hidup Ketofastosis. Aplikasi itu akan menjadi pengingat bagi seseorang dalam melakukan ketofastosis dengan baik,” paparnya.
Sementara itu, lanjut Hengki, Dayspring Care merupakan aplikasi untuk sistem kesehatan yang sangat besar dan kompleks. “Fungsi dari aplikasi ini adalah menyederhanakan sesuatu yang kompleks tersebut, misalnya formulir berlembar-lembar yang harus diisi oleh klinik kesehatan dan sejenisnya menjadi lebih sedikit dan simpel,” ucapnya.
Kendati baru akan diluncurkan pada Agustus mendatang, startup tersebut juga sudah memperoleh foundation client, yaitu My Home Living Care Pty Ltd dari Oatlands, New South Wales. “Visinya untuk membantu para penyedia layanan kesehatan agar bekerja berbasis sistem digital sehingga lebih mudah dan cepat,” tutupnya.