Putra Fajar, Dua Kali Melakukan Perubahan Bisnis

Selepas lulus dari Management Strategy MM Universitas Gadjah Mada, Putra Fajar langsung didaulat memimpin bisnis ayahnya, PT Pariwara—agensi spesialis media luar ruang yang bermarkas di Jakarta. Bisnis yang telah dirintis sang ayah sejak tahun 1978 itu pun mulai dibenahi Putra. Mulai dari layanan hingga SDM (Sumber Daya Manusia).

putra fajar “Dulu, layanan yang ditawarkan PT Pariwara hanya fokus pada izin papan reklame billboard. Kami hanya menawarkan jasa sewa titik billboard yang kami miliki kepada agensi periklanan lainnya,” cerita Putra, Pemilik sekaligus Pemimpin PT Pariwara.

Melihat perkembangan bisnis yang tidak progresif, Putra memberanikan diri untuk melakukan perubahan, dengan menghadirkan layanan yang tidak hanya fokus pada sewa izin. Ayah empat anak itu, kemudian menghadirkan inovasi berupa aneka layanan placement di media luar ruang. Mulai dari media placement di kabin ruang kabin pesawat, di badan kereta, di lantai dan pintu lift mall, di dinding gedung mall, hingga yang paling anyar billing—alias billboard keliling.

“Dihadirkannya billing karena saat ini pemerintah kota sudah mulai membatasi billboard, yang dianggap telah merusak tata kota. Selain itu, biaya izin memperoleh titik billboard sekarang sudah sangat mahal. Oleh karena itu, kami meluncurkan billing yang menyasar keramaian, salah satunya di area car free day,” tambah pria kelahiran Jakarta 5 Juli 1978 itu menerangkan.

Hasilnya, paska perubahan yang dilakukan oleh Putra, omset bisnis sang ayah tumbuh berlipat, hingga tembus puluhan miliar rupiah. Bahkan, inovasi layanan billboard keliling yang baru saja diluncurkan pada tahun 2014 lalu itu sudah mampu meraih klien kakap. Klien-klien yang telah memanfaatkan billing adalah Bank Syariah Mandiri, CIMB Niaga, ANZ, Kirin, Wana Artha Life, BNI Life, Rumah123.com, Maton House, Hilside Colony, Al-Ma’ariej Muslim Residence, Golden Land, Ceu-Eneng, Komunitas Pengusaha Tanpa Riba, SalingSapa.Com, HR Foto Studio, SBC Global. Juga Vins Baby Shop, KEIIA, Me & Jilbab, dan lainnya.

Di tengah bisnis yang tengah moncer, Putra memilih mengubah filosofi bisnisnya. Dimulai pada tahun 2012, Putra menerapkan filosofi “Berbisnis yang dapat memberikan manfaat untuk sesama dan Allah meridhoi serta memberkahi”. Ia pun bergabung dengan komunitas #Pengusaha Tanpa Riba pada tahun 2013. Diakui Putra, “Setelah saya melakukan perubahan ini, hati saya pun merasa nyaman. Saya akui memang perlu adapatasi untuk perubahan yang saya lakukan, terutama untuk tim di perusahaan.”

Selanjutnya, secara perlahan ia memilih melepas kline-klien kakapnya—yang dianggapnya tidak sejalan dengan visi dan filosofi bisnis perusahaannya. Mulai dari klien dari produk perbankan, kartu kredit, asuransi, hingga leasing. Padahal, kontribusi klien perbankan di perusahaannya hampir mencapai 80%. Selain itu, PT Pariwara juga tidak menerima klien dari perusahaan rokok maupun minuman keras. "Saya beralih ke segmen market UKM (Usaha Kecil Menengah). Saya ingin bisnis saya bermanfaat untuk sesama, salah satunya dengan membantu UKM," targetnya.

“Memang omset turun drastis. Namun, batin saya merasa tenang dan nyaman. Sebaliknya, di tengah kesulitan ini, saya dan tim justru mampu melahirkan inovasi untuk bisnis saya ke depan. Contohnya, inovasi Billing. Dalam waktu dekat, kami juga akan meluncurkan layanan Bike Sharing,” lanjut Putra yang menyebutkan tagline PT Pariwara pun diubah menjadi Shar'i World through Impactful Media.

Seperti halnya di luar negeri, layanan Bike Sharing merupakan media placement di roda, keranjang sepeda, hingga body sepeda. Putra pun akan menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) maupun kawasan perumahan untuk menerapkan layanan Bike Sharing. Antara lain, menggandeng Pemda Bandung dan developer terbesar di Serpong sebagai pilot project-nya. "Dalam waktu dekat, saya juga akan melakukan presentasi Bike Sharing dengan Gubernur DKI Jakarta Ahok," katanya.

“Kami akan memberikan ratusan hingga ribuan sepeda untuk di tempatkan di titik-titik tertentu. Publik akan gratis menggunakan sepeda itu selama setengah jam. Lebih dari setengah jam, masyarakat harus membayar. Sementara sepedanya akan menjadi aset pemda. Adapun kami akan mendapatkan margin dari klien yang ingin beriklan di Bike Sharing. Target tahun ini, omset dapat mencapai Rp 100 miliar,” tutup Putra, yang yakin perubahan yang telah dilakukannya itu justru akan makin membesarkan bisnisnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)