Merek rokok Minak Djinggo telah genap berumur 80 tahun dan masih eksis sampai sekarang. Bahkan merek keluaran Nojorono ini tak kalah pamor dengan merek-merek rokok baru yang gencar beriklan di televisi. Agresivitas para persaing tak menyurutkan langkah Nojorono menjaga eksistensi Minak Djinggo sehingga merek ini diakui sebagai sebuah heritagebrand.
Beberapa waktu lalu, Majalah bisnis SWA mengukuhkan Minak Djinggo sebagai “Indonesia Living Legend Brands 2012” lantaran usianya yang telah lebih dari 50 tahun dengan kinerja bisnis yang terus meningkat.
Diakui Head of Marketing Brand Management Nojorono Group Ruby Chandra Lionardi, prestasi tersebut tak lepas dari kombinasi yang harmonis dalam Tim Pemasaran Minak Djinggo. “Tim Minak Djinggo terdiri dari gabungan personal-personal berpengalaman yang sudah sejak lama bersama Minak Djinggo, serta personal-personal baru yang relatif lebih energik dan membawa pemikiran-pemikiran baru. Kombinasi itulah yang menjadikan Tim Pemasaran Minak Djinggo bak racikan nikmat antara wisdom dan creativity,” papar Ruby.
Ruby mengibaratkan Tim Pemasaran Minak Djinggo sebagai rangkaian kereta api yang terdiri dari beberapa gerbong. Ada gerbong Brand & Marketing Communication yang didukung Marketing Planning & Marketing Support, gerbong S&D dan gerbong R&D yang berada di pabrikan. “Kesemuanya bekerjasama dengan culture kebersamaan yang kuat, khas Nojorono sebagai perusahaannya,” lanjutnya.
Dalam bingkai kekeluargaan, atmosfer kerja tim diciptakan seiring dan sejalan dengan slogannya, ‘Seru Euy Nge-Djinggo’. “Kami semua menikmati keseruan mengolah brand legendaris ini. Kami melihat (gelar Living Legend Brand—Red) sebagai sebuah berkat, bukan beban. Tugas marketer-nya lah untuk selalu menelurkan value plus kepada brand dan kepada bisnis-nya,” Ruby bercerita tentang rahasia kinerja yang membanggakan Minak Jinggo.
Lahir dan popular sejak era 1930-an, Minak Djinggo telah mengalami banyak peristiwa bersejarah serta ikut membawa cerita kretek di Indonesia. Diceritakan Ruby, sebagai brand yang dimiliki rakyat, di zaman dulu pemasarannya dilakukan secara sederhana dengan berkeliling memutar film sambil mempromosikan produk. Hal itulah yang membuat Minak Djinggo memiliki hubungan intim dengan konsumen pecintanya, sampai sekarang.
Paling anyar, yang merupakan salah satu program cukup menonjol dalam lima tahun terakhir adalah “Nge-Djinggo Bareng Slank”. Melalui program itu, Slank menjadi icon Minak Djinggo yang merakyat. Belakangan, selama 2011-2012, program serupa diaktifkan kembali lewat format “Nge-Djinggo Bareng Ayu Ting Ting”, yang diadakan di belasan kota di Jakarta dan Jawa Barat. Responnya pun sangat bagus, dengan animo rata-rata lebih dari 20 ribu orang ikut Nge-Djinggo Bareng di setiap event-nya.
Sementara itu, agar selalu relevan di pasar, termasuk juga bagi target konsumen dewasa muda, pada tahun in Nojorono meluncurkan varian baru, Djinggo Plus+ isi 12 batang. Tentu saja, dengan cita rasa yang telah disesuaikan sekaligus dalam kemasan menarik yang membawa heritage kretek dalam nuansa lebih progresif.
Ke depan, Tim Pemasaran Minak Djinggo akan terus berevolusi, terutama dalam hal kapabilitas, sama seperti brand-nya. “Namun, culture kekeluargaan akan menjadi nilai kuat yang mengikat siapapun yang terlibat di dalamnya,” tutup Ruby.