MIX.co.id - Pasca magang di Amazon saat masih kuliah di Savannah College of Art and Design, Zachra Pradipta, akhirnya dipercaya menjadi pekerja full time di Amazon Alexa. Selama hampir tiga tahun di Amazon, anak muda Indonesia itu berhasil naik jabatan dari entry-level UX designer menjadi lead designer untuk tim Alexa Communications.
Amazon Alexa adalah asisten virtual yang dikembangkan oleh Amazon, terutama digunakan dalam jajaran perangkat Echo perusahaan. Alexa dirancang untuk merespons perintah suara dan melakukan berbagai tugas, seperti memutar musik, memberikan informasi cuaca, hingga menjawab pertanyaan.
Zachra Pradipta tidak pernah bermimpi untuk dapat menempati posisi bergengsinya seperti sekarang. Bahkan, ia juga tidak pernah bermimpi bisa kuliah di luar negeri. Namun, kedua orangtuanya memberikan dukungan kepada dirinya untuk mendapatkan pendidikan di dunia disain di luar negeri.
Sejak kecil, Zachra memang sudah senang dengan disain. Hal itu juga yang membuat dirinya pede untuk mendaftar di Savannah Colllege Art and Design di Georgia, Amerika Serikat. Jurusan yang diambil adalah UX Design.
“Pada awalnya, saya tidak yakin tentang apa yang ingin saya pelajari, tetapi saya cukup beruntung bisa menghadiri beberapa acara presentasi dari designer professional dan benar-benar tertarik dengan UX Design,” kisah Zachra.
Dia beranggapan UX Design sangat menarik karena produk-produk yang dilihatnya di acara desain bisa memberikan manfaat kepada orang yang akan menggunakannya.
Seiring perjalanan waktu, UX Design menjadi lebih dari sekadar jurusan bagi Zachra, tapi juga sudah menjadi keluarga. Dia ditantang dan juga dibantu Profesor Yee Eun Yoon untuk menyempurnakan proses dan teknik desain yang dibuatnya.
Memasuki tahun ketiga kuliah, Zachra mulai mencoba untuk magang. Tujuannya adalah Amazon. “Pada saat magang di Amazon dari Juni hingga Agustus 2020, saya bekerja sebagai UX design intern di mana saya membantu designer yang kerja full time. Saya juga diberikan tugas lain yang bisa dikerjakan sendiri,” ceritanya lagi.
Zachra menjelaskan, ada banyak manfaat yang dirasakan ketika dirinya magang di Amazon salah satunya bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. “Ini kesempatan untuk meluaskan lingkaran networking. Saya dapat membangun hubungan dengan para profesional dari berbagai negara, yang mungkin membuka pintu untuk peluang kolaborasi dan proyek di masa depan,” ia meyakini.
Zachra juga sering mengadakan acara untuk murid-murid di kampusnya. Seperti design sprint atau kompetisi di mana banyak industri profesional datang untuk jadi mentor dan juri. Ada hadiah 15 ribu dolar AS buat murid-murid yang menang.
“Jadi peranan saya di dalam acara ini itu dulunya event director dan coordinator selama dua tahun. Tujuan acara ini untuk memberi murid-murid kesempatan untuk buat product/concept dan pitching ide ini di depan industri profesional ini. Tapi, partisipasi saya bukan hanya waktu sekolah. Setelah lulus, saya masih ikut acara-acara di kampus beberapa bulan sekali sebagai mentor,” imbuhnya.
Salah satu project yang dibuat Zachra bersama sejumlah murid lain adalah Moment. Dia mengerjakan proyek tersebut selama 10 minggu dan dilombakan di ajang Red Dot Award, salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia disain.
“Moment ini adalah sebuah device wearable yang bisa digunakan oleh pengguna tunanetra untuk membantu menghindari hambatan sejenak saat berjalan di tempat umum, atau ramai, atau pun jika mereka tidak ingin memegang benda-benda asing. Device ini akan memberi navigasi untuk pengguna dengan sensor,” pungkas Zachra.