Merek lokal memiliki potensi untuk menjadi global tidak hanya melalui ekspansi geografis, tetapi juga melalui pengelolaan citra yang cerdas dan strategi pemasaran yang efektif. Memahami dan mengelola persepsi negara asal secara strategis bisa menjadi kunci untuk transformasi global merek lokal.
.

.
Tahukah Anda bahwa Eiger, Hammer, The Executive, dan beberapa merek lokal lainnya sering disalahartikan sebagai merek global? Ternyata, di balik citra internasional yang cemerlang, merek-merek ini memulai perjalanan mereka di Indonesia.
Faktanya, kesalahpahaman ini membuka diskusi lebih luas mengenai pentingnya persepsi negara asal dalam strategi pemasaran global. Persepsi mengenai asal negara suatu merek sering kali memainkan peran krusial dalam keputusan pembelian konsumen.
Riset yang dilakukan selama beberapa dekade menunjukkan bahwa asal negara suatu produk memiliki dampak substansial terhadap evaluasi dan perilaku pembelian konsumen. Konsumen sering kali mengasosiasikan negara tertentu dengan kualitas atau gaya tertentu, yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian mereka secara signifikan.
Volkswagen, misalnya, menggunakan narasi "Desain Jerman" untuk menegaskan kualitas dan keandalan, sementara IKEA mempromosikan warisan Swedia untuk menonjolkan desain dan fungsionalitas. Strategi ini bukan hanya tentang menonjolkan kualitas, tetapi juga tentang menciptakan koneksi emosional dengan konsumen melalui asosiasi budaya yang kuat.
Dalam dunia yang semakin tidak mengenal batas, penting bagi merek untuk tidak hanya fokus pada asal-usul geografis tetapi juga pada bagaimana mereka dapat memposisikan diri untuk menarik dan mempertahankan konsumen dari berbagai latar belakang dan kebangsaan. Kekuatan sebuah merek, baik lokal maupun global, akhirnya terletak pada kemampuannya untuk berkomunikasi dan resonansi dengan konsumen di mana pun mereka berada.
Eiger, misalnya, adalah kebanggaan lokal yang telah berhasil mencapai pasar di Jepang, Malaysia, Filipina, dan Lebanon. Dengan berbagai produk outdoor seperti sepatu, sandal, dan pakaian, Eiger membuktikan bahwa merek lokal bisa bersaing di kancah internasional.
Hammer, dengan nama yang kedengarannya sangat Barat, juga adalah produk asli Indonesia, didirikan oleh Eddy Hartono di bawah naungan PT Warna Mardhika sejak tahun 1987. Merek ini telah menciptakan identitas kuat di pasar lokal dengan menampilkan elemen yang bisa dianggap internasional.
The Executive, yang dikelola oleh PT Delami Garment Industries dari Bandung, sering terlihat bersanding dengan merek-merek internasional di toko-toko modern. Produk-produk The Executive telah berhasil menembus pasar Asia Tenggara, menegaskan kehadirannya sebagai pemain global yang kompeten.
Di sisi lain, J.CO, yang dikelola oleh Johnny Andrean Group, adalah merek donat lokal yang berhasil menyaingi merek-merek besar seperti Dunkin' Donuts. Dengan ekspansinya ke Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong, dan Arab Saudi, J.CO menunjukkan bahwa merek lokal bisa menjadi pesaing global.
Sementara itu, Krisbow, yang terkenal dengan perlengkapan rumah...