INDONESIA: LUMBUNG PANGAN DUNIA TERSEMBUNYI?

Industri pengolahan makanan Indonesia menggali potensi sumber daya alamnya yang kaya, mendobrak pasar global dengan inovasi dan praktek berkelanjutan.

.

Kendati didominasi oleh perusahaan besar dan keluarga yang berkembang pesat, sektor pengolahan makanannya terus berjuang untuk memenuhi standar global, khususnya dalam makanan halal. Ambisi untuk mengekspor ke pasar baru dan inovasi produk terus mendorong Indonesia ke kancah global, meski masih terbelenggu oleh hambatan infrastruktur dan keuangan.

Industri pengolahan makanan di Indonesia yang kaya sumber daya alam, masih memiliki potensi besar yang belum tergali. Dominasi perusahaan dari ukuran menengah hingga besar, termasuk usaha keluarga yang berkembang cepat dan entitas multinasional, menandai industri ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan Indonesia Food & Drink Report - Q3 2024 yang disampaikan Fitch Solutions Group Limited, pusat perhatian telah bergeser ke arah ekspansi dan peningkatan standar produksi untuk memenuhi tuntutan kualitas global, dengan fokus khusus pada sektor makanan halal yang sedang tumbuh dengan pesat.

Sejumlah pengembangan signifikan telah terjadi menunjukkan dinamika yang tinggi dalam industri ini. Misalnya, Mayora Indah, yang memperluas pasar ekspor ke negara-negara seperti Rumania dan Kongo pada awal 2024, kini mengincar pasar baru seperti Uzbekistan dan Maroko. Strategi ini menunjukkan ambisi perusahaan untuk mengkonsolidasikan posisinya sebagai pemain global, sekaligus memanfaatkan preferensi dan selera lokal yang beragam.

Dalam aspek inovasi dan keberlanjutan, Indofood dan Nestlé Indonesia telah mengambil langkah penting. Indofood dengan peluncuran snack bayi yang berupa kraker beras, mencerminkan respons perusahaan terhadap kebutuhan kelas menengah yang berkembang, di mana orang tua mencari pilihan makanan yang sehat namun praktis untuk anak-anak mereka.

Sementara itu, Nestlé Indonesia memperkenalkan kemasan yang dapat digunakan kembali untuk beberapa produknya, seperti Koko Krunch dan Milo. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi penggunaan plastik baru dan mendukung keberlanjutan lingkungan.

Investasi asing juga telah memainkan peran kunci dalam pengembangan industri ini. Nestlé, misalnya, telah menginvestasikan signifikan untuk pembangunan pabrik baru di Jawa Barat, sementara Unilever menginvestasikan triliunan rupiah dalam periode lima tahun, menunjukkan betapa pentingnya pasar Indonesia dalam strategi global mereka. Investasi ini tidak hanya membawa modal dan teknologi, tetapi juga membawa standar produksi yang lebih tinggi dan inovasi dalam produk.

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam pembiayaan dan infrastruktur. Tingginya suku bunga dan keengganan bank dalam memberikan pinjaman masih merupakan hambatan untuk ekspansi lebih lanjut.

Di sisi lain, sektor pertanian yang mendukung industri ini juga mengalami beberapa masalah serius, seperti pohon kakao yang terkena penyakit dan penuaan, yang telah mengurangi output secara dramatis. Beralihnya fokus ke tanaman seperti kelapa sawit karena lebih menguntungkan juga mempengaruhi ketersediaan bahan baku lokal.

Melihat ke depan, industri pengolahan makanan Indonesia membutuhkan pendekatan yang lebih holistik yang tidak hanya fokus pada ekspansi dan inovasi produk tetapi juga pada pembangunan keberlanjutan, pengelolaan sumber daya secara efisien, dan peningkatan kondisi pertanian.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)