Saya suka desain Samsung. Saya masih ingat, dulu Samsung itu merek murah dari Korea dan Sony adalah yang terbaik yang bisa Anda beli. Selama bertahun-tahun, Sony menjadi “kegemukan” dan mulai membuat produk yang tidak sesuai dengan produk lain di luar sana (seperti MP3 Players). Samsung mengintegrasikan produknya dengan Android dan Google dan lebih fokus pada desain yang trendy. Produknya terasa bagus. Apple segera meniru Samsung. (John K., Seorang konsumen)

Saat ini banyak pebisnis yang mengakui kekuatan bercerita. Cerita merek kini tampil sebagai konstruksi pemasaran yang signifikan (Huang, 2010; Woodside, 2010; Digles, 2011). Para pemasar mengakui i betapa menariknya sebuah narasi yang dibangun dengan baik. Secara ilmiah asumsi seperti itu bisa dipertanggungjawabkan. Paul J. Zak dalam artikelnya di Harvard Business Review, 2014, lalu menulis bahwa cerita bisa mengubah sikap, kepercayaan, dan perilaku seseorag.

Menurut Paul Zak, seorang ahli neuroekonomis di Claremont Graduate University, dalam otak manusia terdapat sebuah neurokimia yang disebut oksitosin, sebuah molekul di hipotalamus otak manusia. Pembentukan dan pelepasan oksitosin dikaitkan dengan kepercayaan dan perhatian. Jadi apa relasinya dengan cerita? Menurut Zak, oksitosin secara otomatis terbentuk dan terjadi pelepasan saat seseorang mendengarkan cerita yang kuat (msalnya dalam bentuk naratif).

Pelepasan oksitosin dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku postnegosiasi pendengar. Selain itu, selama saat-saat seseorang mengalami stres karena mendengarkan cerita, otak melepaskan kortisol, yang memungkinkan pendengar untuk fokus. Penelitian lain juga menemukan bahwa cerita yang berakhir dengan kebahagiaan, memicu bagian limbic otak — yang merupakan pusat pengolahan segala bentuk rangsangan penghargaan — melepaskan dopamine yang merupakan enzim yang bisa memicu memicu harapan dan optimisme.

Dari gagasan tersebut tersebut para pemasar kemudian beripikir, bahwa bila demikian adanya, maka asumsi itu juga bisa terjadi dalam pemasaran. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya dan kapan itu bisa dilakukan. Menurut para ahli, sebuah cerita merek dapat dibuat dalam setting pembeli atau penjual. Yang penting adalah pembuat cerita bisa mengangkat dan menonjolkan narasi tentang pengalaman, hasil dan makna dari sebuah merek (Bruner, 1990; Fournier, 1998; Desai and Keller, 2002; Brown et al, 2003).

Hopkinson dan Hogarth-Scott (2001) mendefinisikan sebuah cerita sebagai laporan peristiwa, mitos dan narasi dengan mendeskripsikan hal-hal penting semisal tentang sang actor (pelaku), lokasi (setting baik fisik maupun sosialnya), tindakan, sikap, problematika dan karakternya. (Woodside, 2010). Narasi dibangun sedemikian rupa sehingga memiliki struktur yang membuat pembaca/pendengar merasa tetap bersama dan melibatkan pendengarnya (Lundqvist et al, 2013).

Intinya, sebuah cerita idealnya tersusun berdasarkan urutan hasil tindakan yang diarahkan pada tujuan (Stein dan Albro, 1997). Pertanyaannya adalah tujuan siapa, apakah pengelola merek atau pelanggannya. Disini kemudian penulis biasanya menyertakan sebuah pesan dan memberi poin yang bernilai (Shankar dan Goulding, 2001).

Penelitian yang dilakukan Zak (2014) memberikan gambaran bahwa cerita sangat bermanfaat, termasuk untuk kepentingan organisasi. Melalui cerita orang-orang di dalam organisasi bisa lebih termotivasi oleh tujuan yang menurut mereka sangat penting semisal bagaimana cara untuk meningkatkan kehidupan, daripada tujuan yang sifatnya transaksional semisal tentang cara menjual barang dan jasa. Hal itu juga berlaku pada pelanggan. Dari sini diperoleh gambaran bahwa sebuah cerita akan menarik bila mampu menggambarkan situasi menyedihkan dari pelanggan aktual dan bagaimana masalah mereka dipecahkan oleh usaha Anda.

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Ramaikan Pasar Kuliner di Indonesia, Ayam Cap Nikmat dan Jus Aja! akan Buka Peluang Kemitraan

MIX.co.id - PT Mitra Boga Ventura (MBV Group) resmi meluncurkan brand kuliner terbarunya, Ayam Cap…

18 hours ago

Sharp Umumkan Pemenang Program “Sharp Lovers Day-Fiestapora”

MIX.co.id - Program "Sharp Lovers Day-Fiestapora" baru saja berakhir pada penghujung Maret 2024 lalu. Sukses…

1 day ago

MGID Raih Penghargaan “Asia-Pacific Stevie Awards 2024”

MIX.co.id - Platform periklanan global MGID berhasil menyabet penghargaan Bronze Stevie® Awards di ajang "Asia-Pacific…

1 day ago

MPMInsurance Edukasi Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan

MIX.co.id – Perusahaan asuransi umum MPMInsurance, anak perusahaan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. mengedukasi pentingnya…

2 days ago

Kinerja Solid, Prudential Tumbuh 15 Persen Sepanjang 2023

MIX.co.id – Kinerja apik berhasil ditorehkan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dan PT Prudential…

2 days ago

PropertyGuru Indonesia Property Awards 2024 Hadirkan Kategori Baru

MIX.co.id - Program "PropertyGuru Indonesia Property Awards" akan kembali digelar pada 23 Agustus 2024 mendatang…

2 days ago