MENGHADAPI KRISIS DALAM BISNIS: PELAJARAN DARI TIM KRISIS UBER, JOHNSON & JOHNSON, DAN TOYOTA

Ketika badai krisis menghantam, apakah perusahaan Anda siap menghadapinya? Pembentukan tim manajemen krisis yang solid tidak hanya dapat menyelamatkan reputasi dan keberlangsungan bisnis, tetapi juga menjaga kepercayaan karyawan dan pelanggan.

Pada tahun 2017, Uber menghadapi banyak kritik dan tekanan setelah beberapa insiden yang melibatkan sopir Uber yang mengalami pelecehan seksual dan diskriminasi terungkap. Uber menyewa tim manajemen krisis untuk membantu mereka mengatasi situasi tersebut dan meningkatkan citra merek mereka.

Tim tersebut membantu Uber mengubah kebijakan mereka dan melakukan tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka. Hasilnya, Uber berhasil memulihkan reputasi mereka dan mendapatkan kembali kepercayaan konsumen.

Pembentukan tim manajemen krisis yang efektif dan berpengalaman merupakan langkah krusial dalam menghadapi situasi yang sulit. Membangun tim manajemen krisis yang efektif, langkah-langkah untuk membentuknya, serta bagaimana latihan dan persiapan yang tepat dapat membuat perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan dalam mengatasi krisis yang tak terduga.

Tim ini harus terdiri dari individu yang memiliki pengetahuan mendalam tentang perusahaan serta keahlian di berbagai bidang, seperti hukum, keuangan, hubungan masyarakat, dan operasi. Mereka  bekerja sama untuk mengembangkan rencana aksi, mengkoordinasikan respons, dan memastikan bahwa perusahaan menjalankan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis.

Pembentukan tim manajemen krisis yang solid menjadi sangat penting dalam menjaga reputasi, stabilitas, dan kesinambungan bisnis. Salah satu contoh terkenal perusahaan yang berhasil menangani krisis dengan bantuan tim manajemen krisis yang efektif adalah Johnson & Johnson pada kasus Tylenol pada tahun 1982. Ketika terjadi kasus pembunuhan yang melibatkan racun sianida dalam kapsul Tylenol, Johnson & Johnson segera membentuk tim manajemen krisis untuk mengatasi situasi tersebut.

Tim manajemen krisis Johnson & Johnson bekerja sama dengan penegak hukum, melakukan penarikan produk Tylenol secara nasional, dan meluncurkan kampanye informasi publik untuk menjelaskan langkah-langkah yang diambil perusahaan. Mereka juga memperkenalkan peningkatan keamanan pada kemasan produk dan melakukan kampanye besar-besaran untuk memulihkan kepercayaan konsumen terhadap merek Tylenol.

Berhasilnya Johnson & Johnson dalam menghadapi krisis ini telah membuat kasus Tylenol menjadi studi kasus klasik dalam manajemen krisis. Berkat tim manajemen krisis yang efektif, perusahaan mampu meminimalisir kerugian reputasi dan mempertahankan posisi Tylenol sebagai merek yang dapat dipercaya di mata konsumen.

Pada tahun 1993, Pepsi menghadapi krisis setelah seorang konsumen menemukan jarum suntik di dalam kaleng Pepsi mereka. Perusahaan segera menarik semua produk dari pasar dan membentuk tim manajemen krisis untuk menangani situasi tersebut. Tim tersebut berhasil mengambil tindakan yang cepat dan efektif, termasuk melakukan tes keamanan produk dan meningkatkan proses produksi, sehingga citra merek Pepsi tetap terjaga.

Pengalaman lainnya adalah Toyota. Pada tahun 2009-2010, Toyota mengalami masalah besar dengan beberapa produk mereka yang mengalami kerusakan. Toyota kemudian membentuk tim manajemen krisis untuk membantu mereka menangani masalah tersebut dan memperbaiki reputasi merek mereka. Tim tersebut membantu Toyota untuk memperbaiki proses produksi mereka dan meningkatkan kualitas produk. Hasilnya, Toyota berhasil memulihkan reputasi mereka dan mendapatkan kembali kepercayaan konsumen.

Tabel 1. Tim Manajemen Krisis

Beberapa peran penting dalam tim manajemen krisis meliputi pemimpin tim, direktur keuangan, perwakilan hukum, direktur keamanan, manajer risiko, spesialis komunikasi, perwakilan sumber daya manusia, dan spesialis atau konsultan keamanan. Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab khusus dalam tahap pra-krisis, selama krisis, dan pasca-krisis.

Dukungan kepemimpinan dari dewan direksi organisasi sangat penting agar tim manajemen krisis dapat bekerja efektif. Dewan harus menyetujui rencana, memberi wewenang kepada tim tanggap darurat, dan mengkomunikasikan dukungannya kepada karyawan.

Latihan dan simulasi merupakan bagian penting dari persiapan tim manajemen krisis. Melalui tinjauan implementasi dan latihan validasi, tim dapat mengidentifikasi kekurangan dalam rencana dan meningkatkan kesiapsiagaan mereka. Simulasi skala penuh setidaknya harus diadakan setahun sekali untuk memastikan kesiapan organisasi dalam menghadapi krisis.

Dengan adanya tim manajemen krisis yang solid, organisasi dapat mempersiapkan diri menghadapi berbagai situasi sulit dan menjaga kelangsungan bisnisnya. Diskusi dan brainstorming mengenai kemungkinan skenario krisis akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi area yang perlu diperkuat dan memastikan bahwa seluruh tim siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)