PRESS RELEASE: ANTARA STRATEGI KOMUNIKASI DAN IDENTITAS

Sementara itu, Unilever Indonesia menggunakan press release secara strategis untuk menjaga visibilitas merek mereka di media. Frekuensi tinggi pengiriman press release sering kali menciptakan tantangan bagi jurnalis, tetapi inovasi mereka dalam memadukan aktivasi sosial dengan promosi produk telah membantu menjaga relevansi berita mereka.

Misalnya, program sosial mereka seperti membersihkan masjid dengan produk sabun pel sebelum Ramadhan menunjukkan bagaimana perusahaan memadukan nilai-nilai sosial dengan promosi merek, menciptakan narasi yang memiliki daya tarik emosional dan relevansi sosial. Hal ini mencerminkan komponen identifikasi sosial yang melibatkan kesadaran, evaluasi, dan investasi emosional terhadap kelompok (Tajfel, 1982).

XL Axiata, di sisi lain, menonjol karena efisiensi dan ketepatan mereka dalam menyampaikan informasi melalui press release. Wartawan memuji press release mereka yang fokus pada substansi dan bebas dari elemen promosi berlebihan.

Ini membantu membangun citra perusahaan sebagai organisasi yang kredibel dan profesional di mata media dan publik. Dengan demikian, XL Axiata menunjukkan bagaimana komunikasi yang sederhana namun efektif dapat memperkuat hubungan emosional dengan audiens dan menjaga kepercayaan mereka.

Dari berbagai contoh di atas, terlihat bahwa praktik press release yang efektif tidak hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang bermakna dengan audiens.

Dengan menggunakan prinsip Social Identity Theory, perusahaan dapat memanfaatkan press release untuk memperkuat identitas sosial mereka, meningkatkan keterlibatan audiens, dan membangun loyalitas yang lebih kuat. Strategi ini menjadi semakin relevan dalam era digital, di mana komunikasi yang bermakna dan personal menjadi kunci keberhasilan.

REFERENSI

Albert, S., & Whetten, D. A. (1985). Organizational identity. Research in Organizational Behavior, 7(1), 263–295.

Ashforth, B. E., & Mael, F. (1989). Social identity theory and the organization. Academy of Management Review, 14(1), 20–39.

Brenes, E. R., Madrigal, K., & Requena, B. (2011). Corporate governance and family business performance. Journal of Business Research, 64(3), 280–285.

Frank, H., Kessler, A., Rusch, T., Suess-Reyes, J., & Weismeier-Sammer, D. (2016). Capturing the familiness of family businesses: Development of the Family Influence Familiness Scale (FIFS). Journal of Family Business Strategy, 7(4), 229–245.

Reicher, S., Haslam, S. A., & Hopkins, N. (2010). Social identity and the dynamics of leadership: Leaders and followers as collaborative agents in the transformation of social reality. The Leadership Quarterly, 21(5), 761–774.

Tajfel, H. (1982). Social psychology of intergroup relations. Annual Review of Psychology, 33(1), 1–39.

Tajfel, H., Turner, J. C., Austin, W. G., & Worchel, S. (1971). An integrative theory of intergroup conflict. The Social Psychology of Intergroup Relations, 33(47), 74–88.

Whetten, D. A., Foreman, P., & Dyer, W. G. (2014). Organizational identity and family business. The SAGE Handbook of Family Business, 480–497.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)