Fake news atau yang lebih dikenal dengan berita HOAX akan selalu ada. Bahkan di era digital saat ini , pengaruhnya menjadi jauh lebih besar. Mulai dari situs berita palsu, lalu sumber-sumber tidak terpercaya, hingga berita-berita yang dipalsukan, apapun sebutannya, berita HOAX merupakan ancaman bagi industri PR.
Ilustrasi
PR harus menyadari dan memahami pentingnya menjaga kepercayaan publik ketika tugas Anda adalah untuk membujuk opini publik secara etis dengan menggandeng media-media kredibel. Langkah selanjutnya, jika praktisi PR mau bertahan, jurnalisme andal harus terus berkembang. Oleh karena itu, sangat penting bagi profesional PR untuk lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, di antaranya mendukung media kredibel dengan mengkaji kontribusi Anda dan mengambil peran dalam memerangi berita HOAX.
Dilansir MIX dari www.prnewsonline.com, berikut 6 langkah yang bisa dilakukan praktisi PR dalam memerangi berita HOAX.
Pertama, temukan berita sungguhan. Anda harus memperbaharui komitmen Anda untuk menyediakan berita sungguhan bagi jurnalis, dan sebaliknya Anda juga akan mendapat value sunguhan. Media relations lebih dari sekadar 'menjaga hit', dan masih banyak di antara kita yang terlupakan bahwa kita memainkan peran penting dalam lingkaran berita. Anda harus melihat lebih jauh strategi media tradisional, dan menjadi jauh lebih bertanggung jawab bagi komunikator dan berita yang Anda sajikan.
Kedua, gunakan sumber sebenarnya. Newsjacking atau memanfaatkan berita terbaru untuk meningkatkan pesan brand Anda memang sangat tepat, namun terlalu banyak di antara kita menggunakannya sebagai alasan untuk memberi penawaran kepada komunikator yang tidak terkualifikasi. Tentu, penyebutan brand pada pemberitaan yang sedang hot adalah cara tepat untuk mendapat exposure. Namun, media terbaik adalah yang menunjukkan keahlian dan ilmu pengetahuan.
Ketiga, ciptakan konten sungguhan. Sangat disayangkan jika penulisan PR 'memakan habis' kesempatan yang ada. Padahal konten PR diibaratkan junk food bagi jurnalisme dan bisa membahayakan reputasi penerbitnya. Untuk mengatasi hal ini, Anda harus menjadi konsultan yang lebih baik bagi brand yang Anda representasikan, dan buktikan kepada mereka bahwa real value dari konten yang dibagikan adalah dengan mengikuti dan mengawal topik penting yang sedang dibicarakan dalam waktu tertentu.
Keempat, bersikap etis dan transparan. Singkatnya, hindari bekerja dengan pembohong, jangan pernah bohong kepada jurnalis, dan cek-ricek pekerjaan Anda. Anda harus bisa menjaga reputasi Anda dan brand serta komunikator yang bekerja sama dengan Anda dengan standar paling tinggi. Pastikan kalau mereka juga bersikap dan transparan dengan media.
Kelima, gunakan kekuatan Anda untuk kebaikan. Siapapun yang bekerja di bidang PR pasti tahu berita HOAX ketika mereka melihatnya langsung, dan penting bagi Anda untuk menggunakan kemampuan tersebut untuk membongkarnya. Dalam skala kecil, Anda harus mampu meinimalisir penyebaran berita HOAX, khususnya dalam jaringan kita sendiri (termasuk teman dan keluarga). Selain itu, Anda juga harus mampu meningkatkan literasi media dan membantu orang-orang di sekitar Anda untuk bisa lebih membedakan mana jurnalisme baik dan mana yang tidak.