Dari sekian banyak agensi Public Relations (PR), baik lokal maupun internasional, Bening Communication (Bening) menjadi salah satu yang bisa diperhitungkan. Bening konsisten memposisikan diri sebagai perusahaan lokal yang menerapkan standar internasional. Selama tujuh tahun terakhir, konsultan PR ini juga membukukan pertumbuhan pendapatan rata-rata 25%-40% setiap tahunnya.
Menurut Didin Nasirudin, Managing Director Bening Communication, kunci sukses Bening bukan hanya terletak pada luasnya hubungan dengan media seperti yang dilakukan agensi PR lain, melainkan juga menjadikan client service sebagai fokus utama bisnisnya. “Yang tak kalah penting, Bening juga memiliki hubungan erat dengan para key stakeholders di industri,” imbuhnya.
Resmi menjadi perusahaan independen sejak 2008—sebelumnya adalah bagian dari Agrakom PR, Bening Communication mendapat licensed partner dari boutique PR firm atau perusahaan konsultansi komunikasi global Text100. Lisensi ini, katanya, dapat digunakan untuk memperkuat penyediaan layanan konsultasi komunikasi yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan di Indonesia di saat komunikasi through-the-line memainkan peran yang samakin strategis bagi brand.
Industri TI dan telekomunikasi diyakini Bening sebagai kompetensinya. Tak heran jika sebagian besar klien Bening berasal dari industri tersebut dan kebanyakan adalah pemain global seperti Lenovo (PC, server, storage, smartphone), Symantec (software keamanan TI), Avaya (contact center, unified communications, networking), dan NSN/Nokia (infrastruktur telekomunikasi). Bahkan GoJek & GrabTaxi (mobile apps) pun mempercayakan strategi komunikasinya pada Bening.
Selain TI dan telekomunikasi, Bening juga memegang Cargill, perusahaan global berbasis produk pertanian, dan TripAdvisor, situs traveling global. “Untuk menjaga sekaligus meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan kami, Bening selalu fokus pada pencapaian PR KPI (Key Performance Indicators) dan membantu klien dalam mencapai tujuan-tujuan bisnis mereka,” ujar Didin.
Soal tantangan sekaligus ancaman ke depan bagi pengusaha sepertinya, menurut Didin, adalah stabilitas ekonomi dan fluktuasi nilai tukar rupiah. “Karena sebagian besar klien kami adalah perusahaan global. Jadi bisnis Bening sangat dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi dan fluktuasi nilai tukar. Selain itu, industri TI dan telekomunikasi sebagai fokus utama Bening, saat ini juga cenderung mengurangi anggaran PR,” tuturnya dalam wawancara khusus dengan MIX.
Untuk mejawab tantangan itu, katanya, Bening mencoba menggarap peluang-peluang di sektor-sektor non TI dan telekomunikasi. Didin berhara situasi ekonomi dalam negeri membaik. “Sehingga bisnis agensi PR dan bisnis-bisnis lain pun akan tumbuh sehat,” pungkas Didin yang menekankan bahwa peluang bisnis agensi PR masih terbuka lebar di Indonesia.