Saya percaya ini adalah momen yang tepat untuk PR berbasis data—di era ChatGPT dan AI, di mana akses ke data besar dan analisis mendalam menjadi lebih mudah dan efisien. Alat-alat AI dapat membantu mengotomatisasi tugas-tugas yang memakan waktu seperti pemantauan media, analisis sentimen, hingga pengelolaan media sosial, membebaskan para profesional PR untuk lebih fokus pada strategi yang lebih kompleks dan pembinaan hubungan yang lebih mendalam.
Mengintegrasikan pendekatan berbasis data dalam PR bukan hanya tentang efisiensi, tapi juga tentang membangun narasi yang lebih kuat dan meyakinkan. Di dunia yang terus-menerus dibombardir dengan informasi—banyak di antaranya menyesatkan atau tidak akurat—kemampuan untuk menyajikan cerita yang otentik dan didukung oleh data yang solid bukan hanya menjadi keuntungan, tapi sebuah keharusan.
Cerita yang kredibel dan bisa diverifikasi ini bukan hanya lebih menarik bagi jurnalis dan influencer, tapi juga lebih mungkin mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari publik yang semakin kritis dan informasi.
Dengan cara ini, PR bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, tapi juga sebagai platform untuk membentuk opini dan membuat keputusan yang lebih informasi dan bertanggung jawab.
Ini adalah evolusi alami dari praktik PR tradisional ke arah yang lebih dinamis, responsif, dan akuntabel—sebuah langkah besar yang menandai pergeseran dari sekadar mengukur output ke mengukur dampak yang nyata.
