Jahja Setiaatmadja sejatinya bukan seorang ahli di bidang komunikasi melainkan seorang bankir sejati. Namun sebagai Presiden Direktur PT Bank BCA Tbk., posisi Jahja sangat strategis untuk menjadi spoke person perusahaan karena para jurnalis biasanya mencari orang nomor satu di perusahaan untuk mendapatkan update informasi seputar kinerja perusahaan, dan corporate action yang sedang berlangsung, atau untuk mengonfirmasi berbagai isu yang mempengaruhi perkembangan harga saham perusahaan. Jahja Setiaatmadja tampaknya memahami fungsi strategis itu sehingga dia sangat welcome terhadap para jurnalis. Dia tidak pernah menolak dan menghindar dari awak media yang memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA
Seperti yang diungkapkan Jaka Perdana, reporter Majalah Marketeers, “Mewawancarai pak Jahja secara door stop (wawancara di tempat liputan) sangat mudah dan sangat melayani kita para awak media,” terangnya.
Dalam wawancara tertulis dengan Majalah MIX Marcomm, Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa sebagai spoke person dia menyadari betul bahwa setiap kata yang disampaikannya kepada para jurnalis adalah kata-kata yang mewakili perusahaan. Dan perusahaan yang diwakilinya, katanya, berada di industri perbankan yang notabene merupakan industri kepercayaan (trust) sehingga apa yang disampaikannya harus hati-hati dan bisa dipertanggungjawabkan.
Jahja menjelaskan bahwa sebagai perusahaan terbuka (perusahaan yang sahamnya sudah diperdagangkan di bursa efek), mutlak bagi BCA untuk memberikan informasi kepada publik mengenai perkembangan perusahaan baik melalui media briefing, pembuatan Laporan Tahunan, penyampaian press release, maupun lewat pertanyaan langsung yang disampaikan jurnalis. “Jadi saya harus selalu siap untuk ditanya oleh rekan media,” tutur pria yang mengaku mempelajari ilmu berkomunikasi dengan media secara otodidak ini.
Jahja lalu bercerita tentang pengalamannya menghadapi krisis di BCA pada kuartal I tahun ini. Menurut Jahja, seorang spoke person akan teruji kemampuannya ketika mengatasi konflik atau masalah di perusahaan, seperti yang terjadi di BCA pada Maret lalu. Ketika itu, katanya, ada kisruh di kalangan karyawan akibat soal sistem pengupahan. Mengantisipasi terjadinya ledakan persoalan yang bisa mengganggu stabilitas harga saham BCA di pasar, Jahja menerima dengan terbuka setiap pertanyaan dari wartawan tentang hal ini. Selain membuat press release, Jahja melayani pertanyaan-pertanyaan yang langsung ditujukan kepada dirinya via pesan singkat (SMS). “Ini dilakukan agar informasi yang diterima awak media bisa langsung tersampaikan dari sumber utama,” kata alumni FEUI yang pernah berkarir di PriceWaterhouse Coopers, dan Kalbe Group ini.
Dengan personalitas dan sikap profesional seperti itu, tak salah Jahja dipilih oleh para jurnalis sebagai Spoke Person Of The Year 2014 di ajang PR Awards yang diadakan Majalah MIX Marcomm. Dalam ajang tahunan tersebut, Jahja mengungguli nominator lainnya Jonfis Fandy-Honda Prospect Motor, Sandiaga Uno-Saratoga Investama Sedaya, dan Maria Dewantini Dewanto-PT Unilever Indonesia Tbk.
Jahja pernah juga menyabet penghargaan sebagai CEO Most Inspirational versi Men’s Health Award), dan CEO of The Year versi Majalah SWA. Tapi, menurut Jahja, prestasi terbesarnya justru adalah bekerja dengan baik, mampu melayani nasabah, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholders yang membutuhkannya. #PRofTheYearIDN #PublicRelationsIDN