Ketika Program PR Dituntut Lebih Relevan dan Strategis (1)

Senada dengan Indira, menurut Bambang, saat ini PR tidak boleh bersifat taktis semata atau how to do. Misalnya, hanya dengan membuat press release, mengatur konperensi pers, menyelenggarakan events atau kegiatan-kegiatan khusus untuk mendapatkan publisitas, dan memanfaatkan social media untuk menyebarkan informasi agar tercipta WOM (Word of Mouth). Pendeknya, semua itu dilakukan hanya dengan ukuran-ukuran sukses jangka pendek.

Sudah saatnya, menurut Bambang, peran PR menjadi semakin strategis. “Saat ini perusahaan dituntut untuk lebih berpikir Apa (what) yang perlu dilakukan, Mengapa (why), dan Bagaimana (how) kita melakukan evaluasinya. Untuk itu, peran seorang praktisi PR harus bertransformasi dari Manajer Taktis—yang lebih fokus ke arah kegiatan operasional dan mengatasi masalah yang dihadapi, menjadi Manajer Strategis—yang fokus ke arah kegiatan yang lebih strategis. Harapannya, mereka dapat lebih mengantisipasi potensi masalah yang akan dihadapi, tren industri, dan komunikasi di masa yang akan datang, termasuk mengantisipasi kesiapan dalam menghadapi krisis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang,” terang Bambang.

Perubahan peran PR seperti itu tentu saja menuntut kualifikasi yang berbeda. Pada tataran operasional, katanya, dibutuhkan praktisi PR yang kuat di eksekusi, sedangkan pada tataran strategis, lebih memerlukan praktisi PR yang visioner. Oleh karena itu, sangat penting bila seorang praktisi PR menjadi bagian dari direksi, sehingga ia benar-benar mampu memahami arah dan tujuan perusahaan jangka panjang.

Diyakini Bambang, yang telah malang melintang menjadi praktisi PR di sejumlah perusahaan seperti P&G Indonesia, proses transformasi itu tidaklah mudah. Saat ini ia mengaku masih menjumpai praktisi PR yang merancang programnya dengan pendekatan kegiatan (activity base), bukan tujuan jangka panjang—terutama bila kegiatannya dikaitkan dengan kegiatan komunikasi pemasaran (marketing communications) yang menunut hasil jangka pendek.

“Oleh karena itulah, sangat diperlukan peran PR untuk menyelaraskan antara kepentingan jangka pendek (tactical) dengan kepentingan jangka panjang (strategic), serta mengedukasi kolega dan pimpinannya,” katanya sambil menambahkan bahwa peran pejabat PR adalah membangun hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingannya (stakeholders) agar tercipta kondisi lingkungan yang positif dan mendukung pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan. (Bersambung)

Page: 1 2Lihat Semua

Dwi Wulandari

Recent Posts

Gandeng Solventum dan PDGI, Cobra Dental akan Gelar “Denta Festiva 2025”

MIX.co.id - Cobra Dental berkolaborasi dengan Solventum dan PDGI Cabang Jakarta Pusat menggelar “Denta Festiva…

3 days ago

Rayakan HUT ke-25, One Piece x Tahilalats Gelar ‘Party at The Pier’

MIX.co.id – Dalam rangka merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-25, One Piece, salah satu seri…

3 days ago

Buka di Stasiun Gambir, Smartfolks Coffee Targetkan 300 Outlet di 2025

MIX.co.id - Berawal dari satu gerai di area Kampus Trisakti pada September 2019, kini Smartfolks…

3 days ago

Rayakan Re-Launching T-Rex 3, Amazfit Gelar “Gear Up for Adventure”

MIX.co.id – Amazfit, brand global dalam teknologi wearable, merayakan re-launching smartwatch Amazfit T-Rex 3 dengan…

3 days ago

Raisha Wirapersada, Media Relations Officer Multitalenta

MIX.co.id - Raisha Wirapersada memulai kariernya sebagai Fashion Stylist Assistant di Majalah Kartini pada 2010,…

3 days ago

Jelang Akhir Tahun, Asus Rilis Laptop Gaming Tipis Berteknologi AI

MIX.co.id - Belakangan ini, tren yang tengah terjadi di industri laptop adalah laptop ber-body yang…

3 days ago