Dalam dunia Hubungan Masyarakat yang cepat berubah, media sosial telah menjadi barometer penting dalam menentukan efektivitas dan nilai kerja seorang profesional. Data terbaru menunjukkan bahwa mayoritas profesional PR kini mengandalkan media sosial untuk tidak hanya berkomunikasi tetapi juga untuk membuktikan dampak kerja mereka.
Pada tahun 2023, terjadi pergeseran besar ke arah dunia yang lebih digital, terutama dengan penggunaan AI yang semakin luas di berbagai bidang. Tahun 2024 diprediksi perubahan itu semakin cepat.
Untuk memahami perubahan ini di dunia PR dan apa yang mungkin terjadi di masa depan, sebuah survei dilakukan Determ dengan melibatkan profesional PR dari berbagai macam industri dan ukuran perusahaan. Mereka diminta berbagi tentang tantangan yang dihadapi saat ini dan prediksi mereka untuk tahun berikutnya.
Dalam survei ini, yang diikuti oleh 300 orang melalui formulir online dan HARO, sebuah platform yang membantu jurnalis mendapatkan sumber berita, para peserta diminta untuk memberikan jawaban yang jujur. Mereka diberikan pilihan untuk menjawab lebih dari satu opsi untuk kebanyakan pertanyaan, memungkinkan penelitian yang lebih mendalam tentang kondisi dan prospek industri PR.
Di era digital yang terus bergerak cepat, kepiawaian mengelola media sosial menjadi penanda kunci bagi para profesional dalam memperlihatkan nilai kerja public relations. Data terbaru menangkap adanya lonjakan dramatis dalam penggunaan platform digital oleh pekerja PR sebagai cara efektif untuk memperlihatkan hasil dan dampak nyata kepada klien dan pemimpin bisnis mereka."
Kira-kira 8 dari 10 profesional PR menggunakan cakupan media dan jangkauannya sebagai alat utama untuk mendemonstrasikan nilai. Hal ini berarti bahwa sebagian besar profesional hubungan masyarakat mengandalkan dampak dan keberadaan mereka di berbagai media untuk menunjukkan pentingnya pekerjaan mereka.
Ini menekankan bahwa mereka mempergunakan hasil kerja mereka yang tercermin dalam jumlah dan kualitas liputan media, serta seberapa jauh pesan mereka menjangkau audiens, sebagai bukti kontribusi dan efektivitas mereka.
Dengan kata lain, ini menunjukkan bahwa indikator utama keberhasilan dalam PR kini bergantung pada seberapa luas dan efektif suatu kampanye atau inisiatif bisa dikomunikasikan melalui media, baik cetak, digital, maupun media sosial, yang kemudian bisa diukur melalui metrik seperti jumlah artikel yang diterbitkan, jangkauan audiens, interaksi, dan sejenisnya. Ini juga menggambarkan transisi dari metode penilaian PR tradisional yang lebih subjektif menjadi metode yang lebih kuantitatif dan data-driven.
Mengakui pentingnya transisi ini, para profesional PR kini semakin fokus pada pengembangan dan implementasi strategi yang dapat memperkuat posisi mereka di arena digital. Pergeseran ke arah pendekatan yang lebih analitis ini menghubungkan dengan fokus baru pada visibilitas eksternal—di mana bukan hanya kuantitas pengikut yang dihitung, tetapi juga kualitas interaksi yang terjadi.
Dengan ini, penggunaan metrik media sosial yang lebih canggih dan terukur menjadi semakin relevan, mencerminkan sebuah era baru dalam PR di mana data dan analitik menjadi kunci utama dalam menilai dan membuktikan nilai kerja.
Fokus terhadap visibilitas eksternal melalui media sosial tidak hanya berhubungan dengan jumlah pengikut atau likes, tetapi juga dalam konteks yang lebih strategis dan analitis. Dengan sekitar 56% responden menyatakan bahwa metrik media sosial adalah alat bukti nilai kerja terpenting, ini menunjukkan sebuah transisi ke arah strategi pengukuran digital yang lebih matang. Metrik ini mencakup engagement, jangkauan, dan konversi yang terjadi di platform digital.
Profesional PR dalam industri yang beragam—dengan 37% dari mereka bekerja di bidang PR, Media, dan Komunikasi, diikuti oleh 17% di bidang teknologi, dan persentase lebih rendah di sektor lain seperti nonprofit, pemerintahan, dan pendidikan—menunjukkan variasi dalam penggunaan dan nilai yang diberikan kepada media sosial. Variasi ini juga tercermin dalam ukuran organisasi mereka, dengan distribusi yang hampir merata antara bisnis besar, menengah, kecil, dan mikro, masing-masing memiliki kebutuhan dan target yang berbeda dalam strategi PR mereka.
Selain media sosial, metrik lain seperti analisis sentimen merek, studi kasus dan cerita keberhasilan, serta analisis traffic dan analitik website juga menjadi faktor penting dalam menunjukkan nilai PR. Namun, dengan semakin pentingnya digitalisasi, media sosial memainkan peran yang tidak dapat diabaikan dalam mewujudkan visibilitas dan dampak bagi sebuah merek atau organisasi.
Kesimpulannya, profesional PR modern tidak hanya dituntut untuk menciptakan dan mendistribusikan konten yang menarik melalui media sosial, tetapi juga harus mampu menginterpretasikan dan menyajikan data yang dihasilkan dari interaksi digital tersebut sebagai bukti kontribusi yang berharga untuk klien atau perusahaan mereka. Transparansi, keahlian analitis, dan kemampuan adaptasi dengan tren digital terkini menjadi kunci untuk membuktikan nilai dalam PR di era digital saat ini.