Mengapa Internet Telah Mengubah PR?

Internet mampu mengubah segalanya, termasuk media. Tanpa internet, kita tidak pernah tahu pergerakan informasi secara real time di berbagai belahan penjuru dunia. Internet pula yang mengubah habit atau perilaku publik menjadi lebih spontan dalam berkomentar maupun mengemukakan pendapat.

printernet Internet telah mengubah wajah dunia PR

Oleh karena itu, menurut Robert Wynne seperti yang dikutip dari Forbes, Public Relations (PR) sebagai seni berkomunikasi yang mampu mempengaruhi massa melalui media harus dapat berevolusi. Obyektifnya, agar PR dapat bertahan di era digital seperti sekarang.

Ada lima alasan yang membuat internet telah mengubah PR.
1. Percakapan
The top-down adalah model lama, di mana PR atau humas harus mencapai wartawan untuk membuat cerita di media massa, tapi tidak eksklusif. Secara teori, saat ini orang bisa mendahului wartawan untuk menjangkau audience yang lebih besar. Lantaran, orang dapat mengirim informasi secara bebas ke semua orang via internet. Bahkan, ketika informasi disebar melalui media mainstream, media sosial justru berfungsi sebagai amplifikasi karena banyak orang berbagi berita dan menambahkan komentar di sana.

2. Krisis Media
Sekarang ini online menjadi media yang lebih cepat, seringkali lebih powerful sebagai penyampai pesan atau informasi—baik untuk informasi yang baik maupun buruk. Contoh, untuk kasus penarikan produk atau produk yang berbahaya, maka media sosial memungkinkan audience ikut campur tangan tanpa filter. Bahkan, turut menciptakan gelombang berita buruk bagi reputasi sebuah brand. Untuk itu, PR harus sanggup memantau platform media sosial dan menanggapi krisis detik demi detik, bukan jam.

3. Menjangkau dan Mencari Kembali Wartawan
Sudah saatnya PR menjangkau dan meneliti ulang wartawan. Toh, saat ini jauh lebih mudah untuk menemukan wartawan, produser, dan editor melalui website sendiri, mesin pencari, dan layanan berbayar seperti Vocus, presisi, Meltwater, dan lain-lain.

4. Siaran Pers Harus Lebih Menarik
Di Era Digital, bahan siaran pers bisa dicetak dan disalin ulang dengan gaya tulisan yang lebih baik dan relevan. Investor pun dapat membaca keuangan terbaru dan karyawan dapat belajar tentang berita internal perusahaan melalui pers rilis yang ditulis ulang tadi. Namun perlu dicatat, era digital telah membuat pasar penuh sesak dengan aneka informasi dan pesan—baik berupa teks, gambar, maupun vide—yang ditulis oleh jurnalis, PR, blogger, maupun netizen. Oleh karena itu, PR dituntut untuk mampu menulis pers rilis dengan jauh lebih menarik.

5. Lebih Mudah Penciptaan Konten
Internet terbukti telah membuat PR lebih mudah dalam menciptakan konten marketing. Sejatinya, konten marketing yang baik akan menjadi powerful dalam meningkatkan brand awareness maupun reputasi brand sekaligus korporat. Sayangnya, masih ada beberapa konten marketing yang ditulis oleh PR dengan gaya yang membosankan, bahkan mementingkan kepentingan sendiri (brand--red). Alias, bukan dari sudut pandang audience.

Robert pun menambahkan bahwa ada lima hal yang membuat internet tidak mampu mengubah PR. Menurutnya, lima hal itulah yang wajib dimiliki PR masa kini.

1. PR Perlu Story
PR yang baik melakukan dua hal, yakni menyaring semua kemungkinan cerita, kemudian mengkomunikasikannya—dengan mengemas dengan bahasa yang lebih sederhana—keapda khalayak yang tepat.

2. PR Harus Bisa Menulis
Saat ini ada jutaan blog yang tersebar di internet. Ibaratnya, jika pohon jatuh di hutan dan tidak ada yang mendengarnya, apakah itu masih membuat suara? Jika Anda menulis blog di padang gurun dan tidak ada yang membacanya, apakah itu akan berdampak? Blog yang ditulis dengan gaya bahasa yang buruk dan kemudian diposting, maka hasilnya tak akan bernilai. Oleh karena itu, penting bagi PR untuk memiliki kemampuan menulis.

3. PR Memerlukan Kontak
Lupakan pengikut Twitter dan teman-teman FB Anda. Anda perlu Influencer. Sejatinya, wartawan merupakan influencer yang jauh lebih bernilai. Maka, tidak ada salahnya untuk menjalin hubungan dengan wartawan secara pribadi di acara-acara networking. Sebab, jika seorang jurnalis mendapat 100-300 email per hari, lantas apa yang akan membuat mereka mau membuka email dari Anda? Kecuali, Anda memiliki kedekatan yang baik dengan mereka.

4. PR Masih Memerlukan Klien
Setiap perusahaan PR atau profesional PR internal selalu mencintai klien mereka. Klien adalah yang terbaik dari yang terbaik, tentu saja. Tapi kadang-kadang, ada juga klien yang tidak memiliki kisah yang menarik atau mungkin bersifat defensif, yang membuat pekerjaan PR jauh lebih sulit. Itu sebabnya, pada saat krisis PR, mereka mau membayar PR dengan baik.

5. PR Harus Memiliki PR Skill
Antusiasme dan rasa hormat yang didapat PR, untuk kemudian mengundang agensi PR untuk mengikuti pitching, dapat diperoleh jika PR memiliki skill dan bertindan profesional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)