Memelihara hubungan baik dengan media atau jurnalis (reporter) sudah menjadi sebuah keharusan bagi para marketers maupun Public Relations (PR). Membina hubungan baik dengan para awak media menjadi sangat penting di era digital seperti saat ini, mengingat issue liar dapat dengan mudah tercipta dari setiap percakapan yang terjadi di social media.
Maklum saja, setiap orang yang memiliki akun social media bebas mengemukakan pendapatnya tentang apa saja yang ia baca, dengar, maupun lihat. Komentar yang netizen muat di dunia maya pun seringkali tanpa filter, sehingga berefek pada reputasi perusahaan, brand, maupun pencitraan personal seseorang.
Sejatinya, media mampu berperan dalam membentuk sebuah persepsi atau pencitraan. Contoh nyata, pencitraan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang juga pemiliki Susi Air. Sebagai menteri nyentrik, pada awalnya ia sempat dicitrakan negatif seputar kebiasaan merokok dan tattoo—bahkan tidak berpendidikan tinggi. Sebaliknya, permberitaan media mampu mengubah citra negatif itu menjadi positif.
Kebijakan Susi yang mampu menumpas kapal-kapal asing—yang dirilis oleh berbagai media nasional—sanggup menghapus citra negatif sang menteri. Bahkan, citra positif sang Menteri Susi justru makin kuat dengan pemberitaan positif dari berbagai media.
Adam Kress di Phoenix Business Journal mengungkapkan bahwa hubungan baik dengan media dapat tercipta jika marketers maupun PR mampu memahami media lewat media insight. Mulai dari insight tentang bagaimana media bekerja, hingga bagaimana perusahaan atau brand Anda dapat memperoleh coverage atau liputan yang lebih luas di media.
Berikut ini lima media insight yang dapat dimanfaatkan perusahaan, agar hubungan baik dengan media dapat berbuah menjadi program PR yang efektif.
1. Cerita Perusahaan Anda Hanyalah Sebagian Kecil Keseharian Jurnalis
Sangat mudah bagi klien datang ke agensi atau konsultan PR, untuk meminta perusahaannya menjadi prioritas utama di mata media. Obyektifnya, liputan media dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Sementara itu, setiap hari dan setiap bulannya, jurnalis atau reporter bisnis justru bergelut dengan banyak perusahaan. Termasuk, memuat aneka berita yang berbeda setiap harinya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mampu memberikan cerita menarik yang sanggup membuat jurnalis tertarik untuk meliput sekaligus menulisnya.
2. Hanya Mengandalkan Siaran Pers Tidaklah Cukup
Mengandalkan siaran pers saja, dengan mengirimkannya rutin kepada jurnalis, tidaklah cukup. Perlu diingat, jurnalis hanya akan tertarik pada nilai berita yang didistribusikan, bukan pada banyaknya rilis yang dikirim. Jika nilai berita itu relevan dan sesuai dengan area atau desk—tempat reporter ditugaskan—maka hal itu akan menarik perhatian jurnalis.
Sayangnya, klien dari agensi PR cenderung membuang waktu banyak untuk proses produksi siaran pers, yakni dengan memaksakan isi siaran pers harus sesuai dengan pesan pemasaran klien. Padahal, jika ingin layak diberitakan oleh jurnalis, perusahaan harus mampu mengemas nilai berita sesuai dengan kebutuhan jurnalis.
3. Kecepatan Adalah Kunci Keberhasilan
Katakanlah, rilis yang Anda distribusikan ke media membuat jurnalis tertarik. Namun, perlu diingat, jurnalis memiliki deadline dalam memuat pemberitaan. Oleh karena itu, jangan sampai Anda terlambat dalam mendistribusikan cerita menarik dari perusahaan atau brand Anda. Mengapa? Lantaran, berita yang didistribusikan itu akan menjadi berita “basi” jika Anda tidak mampu memenuhi tenggat waktu deadline dari media.
Tak sedikit juga jurnalis meminta waktu wawancara ekslusif...