Data Kementrian Koperasi dan UKM di tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia mencapai 1,56 persen dari total jumlah penduduk. Angka itu jauh di bawah negara-negara lain, seperti Amerika yang memiliki jumlah wirausaha 12 persen, Jepang 10 persen, dan Singapura 7 persen.
Memasuki era MEA, pelaku UKM Indonesia membutuhkan strategi PR, termasuk digital PR.
Sementara itu, akhir tahun 2015 ini para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia harus menghadapi pasar bebas ASEAN, alias era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tentu bukan perkara mudah bagi pelaku UKM untuk menjadi juara MEA di negeri sendiri.
"Pasar terbesar di MEA adalah Indonesia. Pengusaha Indonesia, dalam hal ini UKM, harus mampu menguasai pasar domestik di era MEA. Salah satu caranya, dengan memanfaatkan strategi Public Relations (PR)," kata Indira Abidin, Chief Happiness Officer Fortune PR di sela-sela event Pesta Wirausaha yang digelar di Jakarta pada awal April 2015.
Menurut Indira, usahawan Indonesia harus mengidentifikasi keunggulan mereka, yang notabene dibutuhkan oleh konsumen yang mereka bidik. Termasuk, mengidentifikasi uniqueness mereka dibandingkan dengan competitor. "Untuk itu, rajinlah memantau dan mendengarkan, karena banyak informasi bisa didapat secara langsung atau melalui media sosial," jelas Indira, dalam siaran pers yang diterima MIX.
Ia mencontohkan, merek donat Indonesia Jco yang telah berhasil menjadi pemenang di negeri sendiri. Bahkan, Jco sudah mulai merambah pasar lain di luar Indonesia. "Kuncinya, tegaslah memilih konsumen yang disasar. Kita tak bisa menyenangkan semua orang. Setelah itu, puaskan mereka lebih dari kompetitor," lanjutnya.
Salah satu strategi komunikasi yang paling mudah dilakukan oleh para pengusaha muda Indonesia atau para start-up, menurut Indira adalah strategi PR. Melalui PR, pengusaha dapat membuat berbagai macam konten dan mengkomunikasikannya melalui berbagai jenis media, termasuk digital PR.
“Pengusaha juga harus mampu membangun inspirasi melalui berbagai jenis konten, seperti blog, artikel, gambar, infografis, buku, CD, dan lain-lain, untuk kemudian menyebarkannya melalui berbagai media, termasuk media yang kita bangun sendiri. Untuk itu, bangunlah media, website, blog, dan media sosial sendiri agar Anda dapat leluasa menginspirasi konsumen," anjur Indira.
Indira pun mencontohkan bagaimana Nick Vujicic, pria kelahiran Australia yang terlahir cacat dengan tidak mempunyai lengan dan kaki yang tidak sempurna, bisa mendirikan organisasi nirlaba “Life Without Limbs”. Nick mampu mempresentasikannya kepada masyarakat dan menjadi inspirasi bagi semua orang.
“Nick menceritakan kisahnya kepada masyarakat dunia dengan memanfaatkan tulisan di internet, buku, dan juga video tentang kisah hidupnya. Nick mulai membangun organisasinya dan memperkenalkannya kepada masyarakat lewat media facebook, twitter, artikel-artikel di internet, dan membentuk website sendiri. Hasilnya, masyarakat menjadi sadar akan keberadaannya dan organisasinya telah menjangkau masyarakat di dunia seperti Taiwan dan Republik Dominika,” tutup Indira.