Komunikasi sudah berevolusi seiring dengan pergeseran preferensi publik. Digital merupakan pemicu terbesar akan bergesernya preferensi konsumen terhadap channel komunikasi. Akibatnya, trend Public Relations (PR) pun mengalami pergeseran. Menurut John Hall, CEO of Influence & Co., seperti yang dirilis oleh Forbes.com, ada tujuh tren Digital PR yang perlu diperhatikan di tahun 2016.
1. Siaran Pers Sudah Tidak "Bergigi"
Siaran pers atau press release dengan format standard sudah tidak "bergigi" di tahun 2016. Artinya, jika perusahaan tidak benar-benar memiliki inovasi, maka akan sia-sia alias percuma jika tim PR menulis siaran pers dan mendisttribusikannya ke media atau wartawan. Daripada mencoba untuk mendapatkan liputan media melalui siaran pers yang dinilai tidak efektif, para profesional PR dan pemasar mencari cara-cara baru dan berbeda. Misalnya, dengan memanfaatkan media sosial, membangun hubungan dengan para pemimpin industri dan influencer, dan mengkombinasikan kualitas visual dalam pesan komunikasi brand guna mendapatkan perhatian dari para jurnalis sehingga mereka dapat membantu Anda menyebarkan pesan komunikasi brand atau perusahaan.
2. Gagasan Pemimpin Perusahaan akan Menjadi Prioritas
Gagasan dari seorang pemimpin (thought leadership) adalah tren pemasaran baru di tahun 2016. Ya, para pemimpin bisnis dan perusahaan memposisikan diri sebagai seorang pemimpin yang berfungsi sebagai kerangka besar untuk taktik PR terkait dan kampanye brand atau perusahaan. Artinya, sebelum para pemimpin mempromosikan visual dan pesan perusahaan mereka, mereka perlu untuk mengontrol konten asli di sekitar brand mereka. Gagasan pemimpin perusahaan akan terus tumbuh dan menjadi popular sebagai dasar strategi PR yang sukses ke depannya.
3. Konten yang Mengandung Amplifikasi akan Lebih Dibutuhkan
Tentu saja, ada banyak saluran untuk mempromosikan serta mengkomunikasi pesan brand atau perusahaan. Akan tetapi, profesional PR atau pemasar harus tahu bagaimana memanfaatkan dan memperkuat konten PR untuk mendapatkan lebih banyak mata animo publik. Dan, kualitas konten merupakan kuncinya. Ketika Anda mulai dengan konten yang baik, maka Anda akan menemukan lebih banyak jalan untuk mendistribusikan sekaligus mengamplifikasinya.
4. Brand Advocates yang Bicara Negatif dapat Dicegah dengan Konten
Media sosial membuat setiap orang memiliki kemampuan untuk berbagi pengalaman buruk tentang sebuah brand atau perusahaan. Anda tidak pernah tahu brand advocates yang akan tiba-tiba menyerang brand atau perusahaan dengan cara membicarakan keburukan brand di akun social media mereka, termasuk seberapa besar jumlah pengikutnya, dan sebagainya. Hal itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi brand.
Untuk mencegah hal itu, maka PR dapat memulainya dengan melakukan pelatihan. Tim PR perusahaan dapat dilatih untuk menangani situasi ketika perusahaan menghadapi para brand advocates yang bicara buruk tentang brand. Sebelum hal itu menjadi mimpi buruk, mengutip dari Jay Baer yang baru saja merilis buku barunya, "Hug Your Haters” atau “Peluk Haters Anda”, para PR atau pemasar yang mengabaikan para haters akan berakhir buruk. Untuk itu, tim PR harus terlatih menghadapi proses seperti itu.
5. Manajemen Reputasi Online Makin Diperlukan
Ketika tim PR melempar cerita atau konten untuk para editor atau jurnalis, maka hal pertama yang banyak mereka lakukan adalah mencari taru siapa diri Anda dan seperti apa perusahaan Anda. Sebab, media menerima banyak isu atau rilis setiap harinya, sehingga mereka hanya mungkin memiliki beberapa detik untuk melihat cerita atau konten yang Anda kirimkan. Untuk itu, penting mengelola reputasi online Anda agar pesan brand atau perusahaan dapat sampai ke khalayak yang tepat. Lakukan hal itu secara konsisten dan rutinlah mempublikasikan konten berkualitas.
6. Influencer Sejati Tidak Selalu Memiliki Pengikut Banyak
Selama beberapa tahun terakhir, saya telah memperhatikan bahwa merek dan eksekutif perusahaan menghabiskan sejumlah besar uang untuk mendapatkan perhatian dari para influencer di industrinya. Cukup dimaklumi, karena para influencer memiliki ratusan ribu pengikut media sosial dan mereka dapat membantu mempromosikan pesan brand atau perusahaan ke seluurh pengikut mereka. Namun, perlu diingat, jumlah pengikut yang lebih banyak tidak menjamin bahwa mereka (pengikut) merupakan orang yang tepat untuk brand Anda. Artinya, lebih baik memiliki sedikit pengikut, namun mereka adalah orang yang memang tertarik pada konten Anda, memiliki keterlibatan dengan brand Anda, bahkan mencintai mereka Anda. Untuk itu, fokus pada influencer yang mampu membangun pengaruh di antara audience yang ditargetkan brand atau perusahaan.
7. Gunakan Promosi Berbayar dan Social Ad
Menurut laporan Content Marketing Institute’s 2016 lebih dari 50 persen dari profesional pemasaran B2B (Business to Business) menggunakan iklan sosial (Social Ad) dan promosi berbayar serta telah merasakan efektivitasnya. Itu artinya, lebih banyak pemasar dan profesional komunikasi yang beralih ke social Ad, karena mereka melihat hasilnya yang jauh lebih tinggi. Untuk memaintain efektivitas social Ad, maka profesional komunikasi harus mencari cara-cara baru dalam mendistribusikan social Ad sosial guna menjangkau audiens baru.