IKON PR TIM BELL DAN KEJATUHANNYA DI ERA DIGITAL

Kontroversi utama yang melibatkan keluarga Gupta adalah dugaan "state capture" di Afrika Selatan, di mana mereka dituduh menggunakan hubungan dekat mereka dengan Presiden Jacob Zuma untuk mempengaruhi keputusan pemerintah dan mendapatkan kontrak pemerintah yang menguntungkan secara tidak sah.

Misalnya, mereka dituduh mengintervensi proses penunjukan menteri kabinet untuk memastikan kebijakan yang menguntungkan bisnis mereka, dan kasus-kasus lain yang mencakup penyalahgunaan dana negara dan korupsi besar-besaran yang melibatkan proyek-proyek energi dan transportasi.

Di tengah berbagai skandal yang muncul, dampak negatif dari tindakan keluarga Gupta terhadap pemerintahan Afrika Selatan menjadi jelas. Perilaku koruptif ini tidak hanya merusak tatanan pemerintahan, tetapi juga menimbulkan keraguan terhadap integritas semua yang terlibat.

Skandal ini memaksa masyarakat dan media untuk mempertanyakan setiap keputusan dan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya. Sebagai hasilnya, setiap pencapaian yang telah dibangun sebelumnya oleh mereka yang berkolusi dengan Gupta, termasuk pejabat pemerintah dan mitra bisnis, kini dilihat melalui lensa kecurigaan dan ketidakpercayaan, memudarkan segala bentuk reputasi positif yang pernah ada.

Dalam konteks dua peristiwa tersebut, Tim Bell dianggap cawe-cawe, terutama untuk mempertahankan treputasi kedua tokoh itu. Akibatnya, orang pun mengabaikan dan melupakan keberhasilan-keberhasilan awal Tim Bell. Prestasi yang pernah membangun reputasinya kini kurang terlihat. Hal ini disebabkan skandal dan kontroversi yang melibatkan klien-kliennya tersebut.

Ketika Bell Pottinger, perusahaan yang dia dirikan, mengambil pekerjaan yang mencakup serangan media sosial rasialis, reputasi perusahaan itu pun runtuh. Orang sudah tidak mempercayainya.

Peristiwa ini menandai titik nadir dalam karir Bell, menunjukkan bahwa dalam PR modern, asosiasi dan reputasi seorang klien sangat mempengaruhi persepsi publik, sebuah pelajaran yang tampaknya Bell dan perusahaannya belajar terlambat.

Profesional PR saat ini telah belajar dari kesalahan Bell; mereka tidak hanya mewaspadai klien yang mungkin tidak jujur tetapi juga berusaha menjaga agar daftar klien mereka kebanyakan terdiri dari bisnis yang terhormat. REFERNSI:
Guthrie, J. (2019, Aug 31). How Tim Bell was overtaken by modern public relations. Financial Times.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)