FFI telah memulai inisiasi edukasi dan program makan bergizi di tahun 2013, jauh sebelum Presiden Prabowo mencanangkan MBG, melalui Gerakan Nusantara. Inisiatif ini berfokus pada edukasi gizi dan gaya hidup sehat, serta kebiasaan minum susu di sekolah-sekolah dasar di berbagai daerah di Indonesia. FFI berkolaborasi dengan akademisi, ahli gizi, sekolah-sekolah dasar melalui Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan, dan hingga kini telah mencapai 2,5 juta anak dan guru sekolah.
Kegiatan Gerakan Nusantara melengkapi aksi FrieslandCampina, induk perusahaan FFI yang berpusat di Belanda, dalam upaya meningkatkan status gizi anak dengan menggelar South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) yang melibatkan akademisi dan ahli gizi di empat negara, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Fetti mengatakan bahwa temuan SEANUTS menjadi alasan dari berbagai kegiatan peningkatan gizi anak yang dilakukan FFI. “Hasil SEANUTS II yang disampaikan di bulan November 2024, menunjukkan masih adanya anak-anak yang belum tercukupi gizi hariannya, seperti kalsium dan vitamin D. Yang lebih mengkhawatirkan, satu dari empat anak masih mengalami stunting, kurangnya pemenuhan zat besi pada anak-anak dan remaja putri yang mengakibatkan anemia, dan sejumlah anak di kota besar mengalami isu lelebihan berat badan,” ungkap Fetti.
Kondisi ini menjadi tantangan bersama masyarakat Indonesia, apalagi banyak anak dan bahkan orang tuanya yang belum tersosialisasi, belum mengetahui dan memahami pilihan yang sehat, ketersediaan pangan dan minuman sehat yang terbatas, dan minimnya edukasi. Temuan SEANUTS II mengatakan bahwa sarapan yang dilengkapi dengan susu membantu anak meningkatkan asupan vitamin D empat kali dan kalsium 2,6 kali lebih tinggi. "Temuan SEANUTS II ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah untuk tetap menyertakan produk susu di dalam MBG dan membantu meningkatkan asupan gizi yang dibutuhkan anak-anak," lanjutnya.
Di tengah upaya meningkatkan pelaksanaan MBG, pemerintah telah mengambil langkah tegas dengan mendorong industri susu dalam negeri. Seluruh industri pengolahan susu wajib menyerap susu lokal dari peternak dalam negeri. Himbauan ini disambut hangat oleh FFI yang mendukung peningkatan kualitas dan produksi susu segar nasional melalui kolaborasi dan inisiatif program pemberdayaan peternak sapi perah lokal.
Melalui kolaborasi strategis dengan koperasi peternak dan berbagai program yang inovatif, FFI terus berupaya mewujudkan visi Nourishing Indonesia to Progress demi memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia sekaligus mendukung kesejahteraan peternak sapi perah lokal Indonesia.
Sejak 2013, FFI menggelar Dairy Development Program (DDP) dan telah menjangkau lebih dari puluhan ribu peternak sapi perah dan bermitra dengan 22 koperasi, kelompok peternak, serta mega farm di Pulau Jawa dan Sumatera. Program ini mendorong peternak sapi perah lokal untuk menerapkan good dairy farming practice (GDFP) secara terus menerus dan konsisten untuk menghasilkan susu segar berkualitas sesuai standar.
“FFI telah menyiapkan berbagai kegiatan end-to-end untuk mendukung MBG. Kami bermitra dengan Koperasi Produk Susu (KPS) untuk memberdayakan para peternak dalam menghasilkan susu segar berkualitas tinggi, dan membantu koperasi untuk mendistribusikan susu segar dari peternak ke industri pengolahan. Melalui DDP, FFI terus membangun ekosistem yang memberdayakan peternak sapi perah Indonesia agar dapat menghasilkan susu segar berkualitas yang berdampak positif pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat,“ tutup Fetti.