Begini Inisiatif Unilever demi Meningkatkan Daur Ulang Sampah Plastik

Masyarakat di perkotaan Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189.000 ton per bulan atau 6.300 ton per hari sampah plastik. Sayangnya, hanya 11,83% atau 22.000 ton per bulan yang berhasil dikumpulkan untuk kemudian didaur ulang. Sementara sisanya, 88,17%, masih diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau berserakan di lingkungan. Demikian hasil studi tentang Rantai Nilai Sampah Plastik di Pulau Jawa yang dirilis PT Unilever Indonesia, Tbk., pada hari ini (19/8).

Masih dari hasil studi tersebut terungkap bahwa penyerapan sampah plastik pasca konsumsi di Pulau Jawa masih sangat rendah, yakni baru sekitar 0,09 juta ton plastik per tahun dibandingkan dengan kapasitas daur ulang plastik nasional yang berada di kisaran 1,65 juta ton plastik per tahun. Untuk itu, dibutuhkan intervensi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menjembatani kesenjangan ini, termasuk dari sisi teknologi dan inovasi.

Temuan lainnya, ternyata dari sekitar 22.000 ton sampah plastik yang dikumpulkan, 83% berasal dari pemulung, 15,2% dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) ataupun Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R), dan hanya 1,5% berasal dari Bank Sampah. Hal ini menunjukkan peran Bank Sampah sebagai salah satu pihak yang memiliki fungsi strategis dalam mengatasi dampak sampah pasca konsumsi masih perlu ditingkatkan.

Dijelaskan Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk., “Permasalahan pengelolaan sampah plastik maupun pengelolaan sampah secara keseluruhan memerlukan perhatian serius dari kita semua. Sebagai pihak produsen, paling lambat pada tahun 2025, Unilever secara global berkomitmen untuk mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijualnya.”

Guna membantu meningkatkan laju pengumpulan dan daur ulang kemasan plastik pasca konsumsi, Unilever Indonesia ingin memahami pemetaan mata rantai kemasan pasca konsumsi yang dapat didaur ulang. Termasuk, data mengenai pelaku pendaur ulang, potensi pasokan, model bisnis, dan kerangka kerja proses pengumpulan kemasan yang dapat didaur ulang.

“Untuk itu, sepanjang Oktober 2019 hingga 20 Februari 2020, Unilever Indonesia bekerja sama dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR) melakukan sebuah studi mengenai tentang rantai nilai sampah plastik, khususnya di Pulau Jawa,” tambahnya.

Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, menuturkan, sejak 2008 Unilever Indonesia Foundation mulai mengenalkan program Bank Sampah berbasis komunitas. Hingga saat ini, Unilever telah membangun 3.858 unit bank sampah dan telah mengurangi sebanyak 12.487 ton sampah non-organik.

“Menurut pengamatan kami, salah satu kendala yang masih menghambat peranan Bank Sampah adalah aksesibilitas, yaitu belum meratanya penyebaran informasi mengenai lokasi Bank Sampah. Di era teknologi seperti sekarang, digitalisasi bank sampah dapat membantu memudahkan masyarakat mengakses dan memanfaatkan Bank Sampah terdekat,” urai Maya.

Sejalan dengan upaya Pemerintah untuk menggalakkan digitalisasi Bank Sampah, Unilever Indonesia berkolaborasi dengan Google mendampingi pebisnis Bank Sampah mendaftarkan diri di platform Google My Business (https://www.google.com/business/). Informasi mengenai Bank Sampah mereka akan muncul saat pengguna mencari nama bisnis atau nama bidang usaha di search engine dan Google Maps.

Saharuddin Ridwan, Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia, menilai, “Kerja sama ini akan sangat membantu masyarakat untuk menemukan Bank Sampah secara online dengan mudah, sehingga pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat terhadap program Bank Sampah.”

Saat ini, lebih dari 300 Bank Sampah binaan Unilever Indonesia telah terdaftar di Google My Business. “Perusahaan akan terus memantau dan mengajak lebih banyak lagi Bank Sampah untuk bergabung, sehingga mereka dapat ikut memanfaatkan teknologi digital dalam mengembangkan usaha,” tutup Maya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)