Best of the Best Social Campaign
Indonesia’s Best Corporate Social Initiative 2017
Ada tiga faktor kunci yang mendorong terjadinya perubahan demografi digital di Indonesia, yaitu Device yang ditandai dengan berkembangnya teknologi perangkat keras yang semakin canggih, murah, dan mudah; Network yang ditunjukkan dengan jaringan data broadband yang terus berevolusi di seluruh Indonesia; dan Application yang ditandai dengan hadirnya beragam aplikasi dan konten yang dapat memenuhi kebutuhan informasi, komunikasi, hiburan, dan gaya hidup.
Sementara itu, merujuk data Asosiasi Penyedia Jaringan Internet Indonesia (APJII) 2016, pengguna internet di Indonesia (digital native) didominasi oleh generasi millennials (usia 10 tahun hingga 34 tahun), yaitu usia 10-24 tahun 18,4%, dan usia 25-34 tahun 24,4%. Sementara itu, digitalnative usia 35-44 tahun mencapai 29,2%, usia 45-54 18%, dan usai 55 tahun ke atas 10%.
Melihat tingginya angkat digital native kalangan anak-anak dan remaja, Telkomsel melihat perlunya melindungi segmen ini dari dampak negatif dunia maya seperti pornografi, SARA, terorisme, eksploitasi anak, kecanduan game online, judi, hate speech, dan cyberbullying. Sejatinya manfaat internet lebih banyak ketimbang dampak negatifnya, sayangnya, hanya 10% dari pengguna internet yang mengakses konten positif tersebut. Karena itulah, sebagai perusahaan penyedia layanan internet, Telkomsel merasa bertanggung jawab mengedukasi dampak negatif teknologi informasi (TI).
Untuk itu, Telkomsel menggelar program “Internet Baik”. Ada tiga objektif yang ingin dicapai dari program tersebut. Pertama adalah mendorong pemanfaatan internet secara tepat, benar, dan aman serta berdampak pada pembangunan karakter SDM yang sesuai dengan kepribadian bangsa di era digital. Kedua, menghadirkan pemahaman yang luas tentang cyberwellness. Ketiga, meluaskan kampanye dan edukasi internet dalam sebuah program dan gerakan yang lebih terpadu, terencana, dan melibatkan banyak kalangan.
Target yang disasar program “Internet Baik” adalah anak-anak SD, SMP, guru, dan orangtua. Sementara itu, pihak yang dilibatkan dalam program ini adalah Pemerintah, netizen, socialcommunity, dan startup. Adapun kegiatan yang dihadirkan dalam program “Internet Baik” berupa meet up, workshop/seminar/talkshow, joint project, gerakan sosial, dan kampanye digital. Pada program ini, Telkomsel juga meluncurkan e-book atau buku panduan digital untuk Berinternet Baik.
Program “Internet Baik” digelar mulai Agustus hingga Desember 2016. Program dikemas roadshow ke-12 kota di seluruh Indonesia, di mana di setiap kotanya kegiatan digelar selama empat hari non stop. Ada kegiatan seminar selama satu hari yang diikuti oleh 350 orang yang terdiri dari orangtua, guru, komunitas dan masyarakat; kegiatan training untuk para trainer selama dua hari yang diikuti oleh 50 orang assessment dari seminar; dan kelas edukasi selama satu hari yang diikuti oleh 60 anak SD dan 60 anak SMP.
Program berbiaya Rp 4,8 miliar itu, sejatinya merupakan upaya Telkomsel dalam menciptakan ekosistem digital yang baik. Oleh karena itu, Program ini juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam mengelola bisnis secara berkelanjutan dengan melibatnya banyak pihak dan kalangan.
Jumlah partisipasi peserta dalam program ini diklaim cukup menggembirakan. Ada 554 duta Internet Baik yang mengikuti training, 2.806 orang mengikuti seminar tentang Internet Baik, 914 anak-anak SD dan SMP memperoleh pengetahuan dasar tentang literasi digital, serta ada 24 sekolah dan 12 Pemerintah Daerah terlibat dalam inisiatif penyebaran konsep Internet Baik.
Juri Yanti Triwadiantini, Associate Sustainability Adviser at Indonesia Business Link (IBL), dan Chair Board of Trustees ASEAN CSR Network menilai program Internet Baik Telkomsel ini sangat masif, meskipun programnya termasuk basic. Sedangkan juri Indira Abidin menilai kampanye ini sesuai dengan produk/bidang Telkomsel. “Issue-nya penting, urget. Partner-nya banyak dan memberdayakan,” kata Chief Happiness Officer agensi komunikasi ternama Fortune Indonesia ini. Sementara juri M. Gunawan Alif menilai program ini relevan dengan bisnis Telkomsel, namun masih perlu lebih kreatif lagi. (Dwi)