Mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, Danone-Aqua menargetkan 100% kemasan dapat digunakan ulang dan mengedukasi 100 juta konsumen pada tahun 2025. Termasuk pula target mengumpulkan lebih banyak plastik daripada yang digunakan, kemasan bisa didaur menjadi kompos, serta meningkatkan kandungan material daur ulang dalam botol menjadi 50%.
Untuk mencapai target tersebut, Danone-Aqua melakukan berbagai inisiatif diantaranya membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) bersama Pemerintah Kabupaten Lamongan, menyusun modul pembelajaran Sampahku Tanggung Jawabku untuk anak sekolah dasar dan buku cerita untuk taman kanak-kanak, serta terus melakukan riset dan uji coba untuk inovasi kemasan yang lebih ramah lingkungan.
“Sejak diluncurkan dua tahun lalu, saat ini Danone-Aqua telah mengumpulkan botol plastik bekas hingga 13.000 ton dan mengedukasi lebih dari 18 juta konsumen untuk bijak dalam pola konsumsi sehari-hari dan pengelolaan sampah,” ujar Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, pada sesi webinar di Jakarta, Jumat (19/6), dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia sekaligus peringatan dua tahun kampanye #BijakBerplastik.
Pihaknya mengingatkan seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai pentingnya menjalin kolaborasi lintas sektor untuk mendorong inovasi dalam mengembangkan ekonomi sirkular di Indonesia sebagai salah satu solusi pengelolaan sampah.
Pasalnya, menurut data Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis April lalu disebutkan setiap tahun Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik dan sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau dan laut.
Pemerintah menetapkan target strategis untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan sebesar 70% di tahun 2025. Salah satu cara adalah membangun pendekatan ekonomi, yakni menggunakan kembali maupun mendaur ulang plastik paska konsumsi menjadi bahan baku untuk dibuat produk baru.
Dini Trisyanti, peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengatakan, tingkat daur ulang botol PET di Indonesia sudah lebih dari 60%, lebih tinggi dari rata-rata Eropa (48%) dan Amerika (29%). Hal ini karena botol PET mempunyai harga jual tinggi dan telah terkelola dengan baik oleh industri daur ulang.
Sementara Ujangt Solihin Sidik, Kasubdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolalaan Sampah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa pemerintah sedang menggodok Green Procurement Policy sebagai bentuk dukungan atas ekonomi sirkular.
Ekonomi sirkular tidak hanya menjadi solusi bagi permasalahan sampah, namun juga memberikan mata pencaharian bagi lima juta orang Indonesia yang menjadi bagian dari rantai nilai daur ulang. ()