Sebagai komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia, program L’Oréal-UNESCO For Women in Sciences dirancang untuk menggerakan komunitas perempuan peneliti dalam memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Pada hasil survei internal terbaru yang dilakukan oleh L’Oréal Indonesia terhadap alumni programL’Oréal-UNESCO For Women in Science, mayoritas alumni program sebanyak 67,5% menyatakan bahwa segregasi peran perempuan di ranah domestik dan publik menjadi tantangan utama yang seringkali dihadapi oleh perempuan peneliti.
Berangkat dari hal tersebut, L’Oréal-UNESCO For Women in Science hadir sebagai wadah kolektif yang memberikan ruang diskusi bagi perempuan dalam upaya aktualisasi diri di ranah publik, sehingga secara bersama mereka dapat menembus batasan yang ada.
Berdasarkan hasil survei yang sama, mayoritas alumni program L’Oréal-UNESCO For Women in Science 55% menyatakan bahwa di antara faktor lainnya, networking menjadi faktor yang manfaatnya dirasa paling penting bagi perempuan peneliti. Kondisi ini akan menimbulkan efek bola salju, dimana alumni program akan cenderung memberikan mentorship kepada perempuan peneliti lainnya di masa depan.
Hal ini terlihat jelas dalam data, bahwa selama 20 tahun terakhir, alumni program telah melibatkan 1.417 peneliti Indonesia yang terdiri dari 65% perempuan dalam proses penelitian yang pernah mereka lakukan. Selain itu, para alumni juga telah membimbing lebih dari 1.441 peneliti muda dan melahirkan 2.511 publikasi ilmiah.
Pada kesempatan yang sama, L’Oréal Indonesia turut menghadirkan empat figur perempuan peneliti inspiratif sebagai perwakilan alumni program L’Oréal-UNESCO For Women in Science dari seluruh Indonesia. Figur alumni inspiratif tersebut hadir untuk berbagi kisah sukses mereka mendorong sesama perempuan dalam mengatasi berbagai rintangan dalam perjalanan transformasinya.
Keempat sosok tersebut adalah Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto, pemenang pertama dari Indonesia untuk program L’Oréal-UNESCO For Women in Science. Sudah berkarir selama 15 tahun di Australia sebagai seorang peneliti, akademisi dan juga CEO Lipotek Pty Ltd yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang medis dan pembuatan vaksin, Dr. Ines memiliki semangat yang besar untuk kembali ke Indonesia dalam memberikan kontribusi melalui kolaborasi dan kemitraan dengan pemerintah guna mendukung pemanfaatan sains dan hasil penelitian sebagai landasan pembuatan kebijakan.
Selanjutnya, Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany, Guru Besar Institut Teknologi Bandung serta Board of Jury L’Oréal-UNESCO For Women in Science. Prof. Fenny Merupakan sosok berprestasi karena merupakan pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science di tingkat nasional pada 2006 dan internasional pada tahun 2007.
Selanjutnya, ada satu orang figur alumni program yang tidak hanya berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga terlibat dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui entrepreneurship. Hal ini menunjukan bahwa program ini tidak hanya berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, tapi turut memiliki dampak dari aspek ekonomi. Sosok tersebut adalah Dr. Noryawati Mulyono S. Si, Founder Biopac.id & Alumni L’Oréal-UNESCO For Women in Science.
Selain mengajar dan melakukan penelitian, beliau aktif menjalankan perusahaan yang didirikannya yang bergerak pada bisnis solusi untuk masalah sampah plastik dan produsen biopackaging yang memimpin pengemasan sirkuler yang dapat diperluas ke berbagai format varian kemasan.
Terakhir adalah sosok peneliti muda Dr. Pietradewi Hartrianti, Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences dan pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023. Melalui penelitiannya, apt. Pietradewi berupaya untuk menciptakan model jaringan kanker buatan dalam bentuk 3D dengan menggunakan keratin yang diperoleh dari rambut manusia sebagai bahan dasar pencetakan. Dengan demikian, kita dapat menguji obat-obatan kanker dengan lebih akurat, efektif, dan efisien. Metode ini tidak hanya meningkatkan akurasi pengujian, tetapi juga lebih efektif secara biaya dan mendukung aspek keberlanjutan dalam penelitian medis.