MIX.co.id - Hari ini (13/11), Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) resmi memperkenalkan Ekowisata dan Eduwisata di sepanjang Sungai Ciliwung. Melalui Ekowisata dan Eduwisata itu, masyarakat dan pelajar dapat berwisata di sungai sambil mempelajari seluk beluk sungai, sejarah sungai Ciliwung, upaya pelestarian sungai, biota sungai, dan sebagainya.
Peluncuran Ekowisata dan Eduwisata itu ditandai dengan peresmian Pintu Gerbang Jembatan Pantau oleh perwakilan Pemprov DKI Jakarta, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian LHK, Pam Jaya, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Ketua Gerakan Ciliwung Bersih, Pembina Gerakan Ciliwung Bersih, GM Indonesia Power, dan Kelompok Peduli Ciliwung serta perwakilan perusahaan anggota GCB.
Diungkapkan Ketua Gerakan Ciliwung Bersih Ir. Peni Susanti Dipl. Est., “Setelah 31 tahun, akhirnya upaya yang kami lakukan menunjukkan hasil yang sangat positif. Mutu air Sungai Ciliwung telah mencapai level 2, yang artinya layak sebagai air minum serta memungkinkan berkembangbiaknya biota air seperti ikan, udang, dan lainnya.”
Menurutnya, perkembangan itu memotivasi GCB untuk terus meningkatkan animo masyarakat agar peduli pada kelestarian Sungai Ciliwung. “Inilah saatnya kami kenalkan wajah baru Sungai Ciliwung sebagai alternatif destinasi wisata di Jakarta, sambil menimba ilmu tentang sungai, pelestarian sungai, dan lingkungan sekitar sungai,” kata Peni.
Lebih jauh ia menerangkan, saat ini, GCB telah didukung sekitar 36 Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan beberapa perusahaan seperti Indofood, Indonesia Power, PLN, dan PAM Jaya, yang telah mempersiapkan Sungai Ciliwung menjadi tempat belajar sekaligus menikmati wisata sungai.
“Visi GCB adalah mewujudkan Wisata Sungai Ciliwung, memiliki sekolah sungai yang kompeten, dan menjadi lembaga yang memiliki produk serta jasa bernilai tinggi dalam bidang pendidikan dan pelatihan pelestarian sungai melalui Sekolah Sungai,” paparnya.
Sebagai tujuan ekowisata dan eduwisata, ada beberapa titik lokasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat. Di Sekertariat GCB yang terletak di Jl. Penjernihan, Karet Bivak, masyarakat bisa mempelajari sejarah sungai Ciliwung di Galeri Sungai Ciliwung, mempelajari pemilahan dan pengolahan sampah sungai dengan TOSS (Teknologi Olah Sampah Sungai) melalui metode peyeumisasi, susur sungai, hingga memanen hasil hidroponik ventikultur sambil menikmati kopi di Kedai pinggir Sungai Ciliwung.
Ditambahkan Ketua KPC Pejaten H. Royani, di Sekolah Sungai KPC Pejaten, masyarakat bisa melihat hewan purba endemik dan langka, yaitu Senggawangan atau Bulus raksasa (Chitra Chitra javanensis) yang memiliki berat 300 kg. Hewan ini ditemukan pada 11 November 2011. “Tidak hanya itu, para pengunjung juga dapat mempelajari budaya masyarakat sepanjang Sungai Ciliwung sekaligus menikmati makanan dan minuman khas betawi seperti dodol dan bir pletok,” ucapnya.
Sementara itu, Head of CSR PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Deni Puspahadi menegaskan dukungan Indofood dalam menjaga dan melestarikan Sungai Ciliwung, salah satunya dengan mendaur ulang kemasan plastik menjadi paving block.
Direktur Utama Indonesia Power Ihsan Sidqi, juga menyampaikan bahwa TOSS GCB adalah salah satu solusi dalam penanganan sampah sungai. Melalui program ini, sampah sungai diolah menjadi batu bara nabati, yang hasilnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia Power sebagai bahan bakar di beberapa PLTU mereka.
Sementara itu, Bambang Hernowo, Direktur Utama PAM JAYA, mengimbuhkan, dengan membaiknya kualitas air sungai Ciliwung, maka PAM JAYA akan kembali membuka sebanyak 6.000 instalasi sambungan yang sumber air baku yang berasal dari sungai Ciliwung.
GCB yang didirikan pada 1989, telah diinisiasi oleh berbagai instansi pemerintah, seperti Gubernur DKI Jakarta, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Pekerjaan Umum, BPLHD DKI Jakarta, Perguruan Tinggi, LSM, WALHI, dan DML. GCB merupakan organisasi sosial yang menggalang kepedulian masyarakat bersama LSM, perguruan tinggi, instansi pemerintah, swasta, dan stakeholder.