MIX.co.id – GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi penggerak dampak yang didirikan oleh Grup GoTo, bersama konsorsium changemakers dari Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek percontohan “Golo Mori: Todo Cama”, yang berarti “Tumbuh Bersama”.
Proyek bertujuan menjadikan Golo Mori sebagai desa berdaya penyangga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), melalui pengelolaan sampah untuk pertanian regeneratif yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Golo Mori menjadi KEK didaulat bisa mendorong destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo menjadi pariwisata kelas dunia. Pertumbuhan pariwisata ini bisa menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi Desa Golo Mori yang akan menjadi tetangga KEK.
Namun, pertumbuhan ini juga bisa menjadi tantangan bagi masyarakat desa bila belum diimbangi dengan pelestarian lingkungan yang bebas dari sampah serta pengembangan agrikultur sebagai potensi ekonomi. Tahun lalu misalnya, Labuan Bajo dan wilayah sekitar masih menghadapi tantangan terkait 16 ton sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap hari.
“GIF menghadirkan CCE yang menggunakan pendekatan innovation ecosystem sebagai cara baru untuk menjawab permasalahan serta potensi di Desa Golo Mori,” ujar Monica Oudang, Chairperson dari GIF dalam keterangan pers yang diterima redaksi di Jakarta, Rabu (13/12).
Jeffri Ricardo, selaku perwakilan dari konsorsium penggagas Golo Mori: Todo Cama menjelaskan, proyek percontohan bersama GIF ini diharapkan dapat meningkatkan skor Desa Tangguh Bencana (Destana) dari level Pratama menjadi level Utama.
Proyek menargetkan 100% pengelolaan sampah organik untuk kebutuhan pertanian, 2.000 kg/bulan sampah anorganik menjadi bahan baku daur ulang dan dijual dalam bentuk kreasi produk yang bernilai ekonomi, serta peningkatan pendapatan rata-rata petani lokal sebesar 30% melalui praktik pertanian regeneratif dan permakultur.
Caranya melalui empat solusi, yakni pengelolaan sampah terpadu dengan membentuk sistem pengelolaan sampah. “Termasuk kegiatan edukasi, serta pengadaan fasilitas mulai dari kotak sampah, TPS, penjemputan sampah, sampai pengolahan sampah organik dan anorganik,” jelas Jeffri.
Solusi berikutnya adalah melakukan pendampingan edukasi dan aplikasi pertanian regeneratif dengan prinsip ramah lingkungan, diversifikasi ekonomi melalui pengembangan ekonomi sirkular dari agribisnis dengan menjadi mitra usaha pelaku pariwisata yang berada di KEK dan Labuan Bajo, serta menjalankan wisata aman berbasis masyarakat melalui investasi kemampuan dasar manajemen bencana pada masyarakat Desa Golo Mori berdasarkan data spasial yang dihasilkan.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyambut positif upaya GIF, konsorsium changemakers CCE, serta pemerintah dan masyarakat desa untuk menjadikan Golo Mori sebagai desa wisata penyangga yang tangguh dan berkelanjutan.
“Melalui pengelolaan sampah untuk pertanian regeneratif, kami berharap masyarakat bisa ikut terlibat dalam mendukung rantai nilai pariwisata, dan semoga nantinya perkembangan masyarakat bisa tumbuh bersama industri pariwisata,” harap Angela. Awal Desember lalu ia melakukan kunjungan ke Golo Mori.
“Dengan sinergi antar dinas, badan terkait, serta masyarakat, diharapkan proyek ini dapat terjaga keberlangsungannya untuk menciptakan Manggarai Barat yang bersih, tangguh, dan mandiri,” timpal Yulianus Weng, Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kami berharap, CCE dan proyek percontohan ini bisa mendorong Golo Mori menjadi desa wisata penyangga KEK yang berdaya, tangguh, dan berkelanjutan, dan proyek percontohan ini bisa diadopsi dengan mudah oleh destinasi wisata lain di Nusa Tenggara Timur ataupun di Nusantara,” tandas Monica Oudang.
Divers Clean Action, Karma Bumi, Kole Project, dan Sky Volunteer (Synersia) adalah konsorsium terpilih yang akan menjalankan proyek percontohan “Golo Mori Todo Cama” berkolaborasi dengan elemen masyarakat, akademisi, serta lembaga atau institusi terkait lainnya. ()
