"Inclusive Recycling Indonesia", Inisiatif Danone-AQUA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkular

Menjalani profesi pengumpul sampah, mengharuskan Wahyuni menyusuri jalan, mulai dari emperan dan toko untuk mencari botol-botol bekas, plastik, kardus, dan berbagai jenis sampah lain yang masih memiliki nilai ekonomi dan bisa didaur ulang. Ia merasakan langsung betapa sulitnya mengumpulkan sampah yang masih bernilai ekonomi karana harus bersaing dengan pengumpul sampah yang menggunakan modal dan besarnya risiko kesehatan serta kecelakaan kerja yang mengintai di balik pekerjaan ini.

“Awal mula bekerja sebagai pengumpul sampah, saya sering sakit, mulai dari gatal-gatal, batuk juga diare, kalau sudah begitu ya anak-anak juga pasti tertular. Kondisi itu mungkin terjadi karena saya bersentuhan langsung dengan sampah setiap hari. Karena mengumpulkan sampah tanpa menggunakan pelindung, saya juga jadi sering mengalami luka luar, tergores benda tajam menyebabkan tangan dan kaki sering kali lecet. Kalau sudah seperti itu, biasanya saya biarkan untuk sembuh sendiri karena penghasilan saya juga terkadang tidak cukup,” kisah Wahyuni.

Namun, setelah mendapatkan pendampingan dan binaan dari Program IRI, Wahyuni lebih mengerti tentang kesehatan. “Pada saat itu, awal mula pandemi Covid-19, banyak sekali informasi kesehatan yang beredar. Saya tidak tahu yang mana yang benar dan bisa dipercaya. Sampai saat tim IRI menghampiri kami menjelaskan cara bekerja yang aman pada masa pandemi dengan ringan dan mudah dipahami. Di saat kami kesulitan untuk mencari masker, karena mahal dan langka, tim IRI memberikan masker untuk kami. Meski sederhana, kami betul-betul merasa terbantu. Selain itu, pada saat kami kesulitan mendapatkan penghasilan di masa pandemi, kami juga rutin mendapatkan bantuan sembako dari tim IRI,” aku Wahyuni.

Selain memberikan pemahaman yang lebih baik dari segi kesehatan, Program IRI juga membantu anggotanya untuk mengatur keuangan dengan baik. “Saat mengikuti Program IRI, saya jadi belajar untuk mengatur keuangan dengan baik. Kami bahkan diajari menyisihkan penghasilan untuk ditabung. Jadi tabungan itu bisa dipakai untuk keperluan di masa depan atau biaya pendidikan anak,” terang Wahyuni.

Dari program IRI, Wahyuni juga menyadari pentingnya bekerja menggunakan alat pelindung diri sehingga ia dan teman-teman pemulung bisa bekerja dengan aman dan nyaman. Hingga saat ini, sebanyak 1.045 orang pemulung perempuan telah tercatat sebagai peserta aktif di sejumlah lapak yang tersebar mulai dari Semarang, Jawa Tengah, Malang, Jawa Timur, hingga Palu, Sulawesi Tengah.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)