Program pengembangan kapasitas pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang digelar PT Djarum bersama Lokadata.id sejak 2018 lalu, kembali dilanjutkan di tahun ini. Program yang digelar di kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ini merupakan salah satu bentuk dukungan Djarum terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Melalui inisiatif ini, Djarum melakukan sejumlah pelatihan peningkatan kapasitas pengurus desa dan kapabilitas pengelolaan BUMDes. Pada kesempatan ini, Djarum juga bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Kudus.
Di masa pendemi ini, program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes dihadirkan dalam format Webinar Desa. Awal Desember ini, Webinar Desa sudah memasuki seri ketiga. Dua seri Webinar Desa sebelumnya memfokuskan pada tema “Adaptasi Bisnis BUMDes pada Masa Normal Baru” dan “Optimalisasi Aset Desa untuk Pengembangan BUMDes”.
Pada Webinar Desa Seri Ketiga yang digelar hari ini (3/12), Djarum menghadirkan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar. “Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak swasta yang telah membantu BUMDes. Kehadiran BUMDes memang memberikan ruang yang luas bagi masyarakat dan juga sektor swasta untuk berpartisipasi dalam mengembangkan serta menggerakkan perekonomian desa.”
Dituturkan Public Affairs Senior Manager PT Djarum Purwono Nugroho, program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes harus disesuaikan dengan kondisi pandemi agar BUMDes siap bangkit kembali tahun depan. “Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan kepada perekonomian nasional. Namun diharapkan BUMDes ini bisa menjadi penggerak mulainya kembali roda perekonomian yang berawal dari desa,” harapnya.
Program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes yang dilakukan PT Djarum dan Lokadata.id diawali dengan melakukan riset dan pemetaan secara mendalam serta didukung sistem pengawasan capaian SDGs secara sistematis dan terintegrasi. “Sistem ini menggunakan wadah bernama Dashboard Lokadata yang memuat data-data temuan capaian SDGs dari level provinsi, kabupaten/kota, hingga ke desa,” ungkap Purwono.
Salah satu hasil temuannya, lanjut Purwono, adalah minimnya kontribusi BUMDes dalam pertumbuhan ekonomi lantaran terbatasnya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), tata kelola BUMDes, hingga minimnya pemahaman potensi desa yang dimiliki sebagai basis usaha BUMDes. “Hasil riset dan pemetaan ini kemudian kami jadikan panduan dalam pelaksanaan program pengembangan kapasitas pengelolaan BUMDes di Kudus,” ujarnya.
Dalam data roadmap yang tercatat di sistem Lokadata.id, pada tahun 2020, tercatat ada 33 BUMDes di Kudus, yakni 21 BUMDes yang tidak aktif, 10 BUMDes aktif dengan kategori mendasar, dan dua BUMDes aktif dengan kategori bagus.
“Implementasi program dilakukan dengan menggelar sejumlah pelatihan sejak pertengahan tahun 2019 yang melibatkan sedikitnya 50 desa di Kudus, baik yang telah memiliki BUMDes maupun yang baru akan mendirikan,” urainya.
Pelatihan dilakukan dalam berbagai format, mulai dari seminar untuk memberikan pemahaman regulasi dan kelembagaan BUMDes, hingga diskusi kelompok dan praktik dengan materi analisis kelayakan usaha, perencanaan bisnis dan manajemen, serta sharing kisah sukses. “Pelatihan juga mencanangkan bobot skor sebagai indikator yang harus diraih oleh tiap BUMDes,” imbuhnya.
Selanjutnya, secara berkelanjutan pelatihan diperdalam dengan menu intervensi terhadap empat BUMDes yang telah eksis dan memiliki potensi besar. Keempat BUMDes tersebut memiliki diferensiasi unit usaha dengan keunggulannya masing-masing, yaitu Desa Rahtawu dengan BUMDes unit usaha wisata dan unit produk kopi, Desa Garung Lor dengan BUMDes unit usaha pengelolaan sampah, Desa Glagah Kulon dengan BUMDes unit produk madu, dan Desa Megawon dengan BUMDes unit produk sangkar burung.
Djarum juga menggandeng platform e-commerce Blibli.com dalam melakukan pendampingan teknis ke sejumlah pengelola BUMDes terkait pemasaran secara online. Purwono mencontohkan, salah satu BUMDes yang berkembang pesat adalah BUMDes unit produk madu di Desa Glagah Kulon. Produk madu dengan merek Madu Muria ini telah memiliki standard kualitas dan strategi pemasaran yang baik. “Hal ini tidak terlepas dari pendampingan teknis secara intensif dari Blibli.com tentang pemasaran kreatif secara online untuk menjangkau konsumen yang lebih luas,” pungkasnya.